Sunday, March 20, 2011

Falling in Love wih K-Pop: A new chapter in my life...

Mengawali postingan perdana saya di tahun 2011, saya tidak akan menulis yang berat-berat (memang selama ini tulisan saya berbobot apa? Hoho, tidak sama sekali). Hmm, kali ini saya akan bercerita tentang kegandrungan saya terhadap K-Pop yang baru muncul akhir-akhir ini. Sejujurnya, saya merasa kegandrungan terhadap K-pop ini justru seperti karma bagi saya. Gimana ga? Dulu saya paling risih dan nggak habis pikir setiap melihat teman kos atau teman kuliah yang tergila-gila pada drama dan idola korea. Bagaimana mungkin mereka rela menghabiskan berjam-jam bahkan kadang sehari semalam duduk di depan laptop menonton drama Korea yang hanya akan membuat mereka berderai air mata itu. Saya juga paling gregetan kalo salah satu teman kos mantengin chanel tv yang nampilin acara musik boyband-boyband korea. Haduuuh, please deh... apa bagusnya sih cowok-cowok salon ini? Pikir saya waktu itu.

Namun rupanya karma sedang ingin menghampiri saya. Berawal dari keisengan saya mengopy file drama ‘Personal Taste’ dari teman sekamar saya (Devin), semua kegilaan terhadap K-Pop ini bermula. Sebenarnya saya tertarik pada drama ini karena saat drama ini diputar di televisi dulu, kakak saya sangat menyukainya dan sempat menceritakan sekilas kalau drama ini sedikit mengangkat tema homoseksual. Saya pikir tema ini termasuk baru dan berbeda, makanya saya bela-belain ngopy. Namun setelahnya pun saya tidak langsung menontonnya. Saya masih kurang tergerak dan masih lebih gandrung dengan film-film Hollywood. Hal yang memicu saya menonton drama ini adalah stress menghadapi UTS semester lalu. ^_^

Tau apa yang saya temukan begitu menonton drama ini? Sebuah sosok menakjubkan, perpaduan antara tampan, cantik, bercahaya, dan berkilau-kilau (Lebayyyy). Hihihi. Tau kan siapa yang saya maksud? Yah itulah pertama kali saya berkenalan dengan Lee Min Ho, lelaki cantik pertama yang saya kenal di jagad per-korea-an. Meski saya bukan tipe orang yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama, namun sungguh sosok si Lee Minho ini benar-benar menarik perhatian saya. Apalagi di dalam drama tersebut, pengkarakteran Lee Minho terbangun sangat kuat. Ia digambarkan sebagai sesosok lelaki cantik (baca: tampan) yang dingin namun sangat penyayang, plus pintar masak dan bersih-bersih pula! Hahaha, lengkaplah sudah sesuai standar idaman saya. Hihihi...

                                                                   The evidence ^^ ...

 

Dari sanalah saya mulai gatel untuk berburu drama-drama Korea lainnya. Kebetulan banyak teman-teman di sekitar saya yang ternyata sudah gila K-Pop duluan jauh sebelum saya. Jadilah saya tinggal mengunduh harta karun mereka. Hehe. Dan lembar kehidupan saya sebagai K-Pop lover pun segera dimulai. Saya jadi sering begadang semalam suntuk untuk menonton drama Korea. Dilengkapi dengan tawa terbahak-bahak dan sesekali menitikkan air mata, tentu saja. Khas penonton setia drama Korea. Mungkin bagi yang belum pernah menonton drama Korea akan mencibir (seperti saya dulu). Namun ada hal yang menarik yang membuat saya betah menonton drama Korea. Berbeda jauh dengan sinetron kita (layaknya langit dan bumi), drama-drama Korea tidak hanya mengangkat tema-tema dangkal sebatas percintaan dua tokoh di setiap ceritanya. Ada sesuatu yang baru yang disuguhkan pada penonton. Memang sangat melodramatik kadang, tapi ada hal-hal yang membuatnya jadi ‘seperti’ realita dan sangat enak untuk diikuti.

Dalam kuliah Kajian Budaya Urban semester lalu, dosen saya pernah menjelaskan bagaimana sinetron kita gagal menampilkan realitas dalam setiap ceritanya. Sinetron kita selalu bercerita tentang kehidupan anak SMA atau kuliah, namun yang ada di setiap episode hanya kisah percintaan. Anak yang tertukar, dan perebutan harta kekayaan. Tidak pernah ditampilkan bagaimana kehidupan normal anak sekolah atau anak kuliah pada umumnya. Tidak pernah ada scene bagaimana anak kuliah yang sibuk dengan tugas-tugasnya yang bejibun, yang ada malah sibuk bertengkar demi mendapatkan perhatian lawan jenis. Inilah yang membuat orang-orang yang berpendidikan (baca: kita) malas dan tidak tertarik menonton sinetron. ^_^

Sebaliknya drama Korea justru selalu mengupas seluk beluk kehidupan dan profesi tiap tokoh-tokohnya. Ambilah contoh di Personal Taste, disana digambarkan dengan cukup detail bagaimana kehidupan seorang arsitek lengkap dengan kesibukan dan intrik-intriknya. Atau di drama My Sassy Girl (drama ini sebenarnya sudah agak lawas), disana digambarkan bagaimana perjuangan seorang anak SMA untuk meraih beasiswa juga bisa dijadikan tontonan yang menarik. Di Coffee Prince juga digambarkan bagaimana kehidupan dua tokoh utama dalam usahanya membangun bisnis kafe dan menjadi seorang barista. Sisi inilah yang saya sukai dari drama-drama Korea. Drama Korea tidak memposisikan saya sebagai penonton cengeng yang hanya mengagumi kisah-kisah percintaan, namun ada suatu pelajaran baru yang saya dapat (plus wajah kinclong baru tentunya! Haha). Salah satu yang paling berkesan adalah ketika menonton Woman Who Still Wants to Get Married, dari drama itu saya jadi lebih tahu bagaimana kehidupan seorang yang menjalani profesi sebagai spontanious interpreter. Kebetulan saya mengambil mata kuliah Translation III (Interpretation) semester lalu. Jadi sedikit banyak tertarik dan merasa nyambung dengan detail cerita yang mungkin bagi orang lain tidak terlalu penting itu.

Well, kalau kalian mengira kegilaan saya pada k-pop hanya sampai disini, kalian salah besar. Karena setelah gandrung pada dramanya yang selalu memukau, sekarang saya mulai merambah ke boyband Korea. Haha. Kalian tentu kenal atau setidaknya pernah mendengar Super Junior (suju) kan? Yup, i totally in love with those pretty boys! Im officially their huge fans (temporarily). Nggak tau kan kalau tahu-tahu saya berubah ngefans artis india? :p, hehe para Elf jangan marah ya... ^^

Pertama kali melihat movie video Bonamana Suju adalah saat kelas Semiotic semester lalu. Kebetulan dosen Semiotic kami ternyata juga seorang K-pop lover (parah) ^^. Jadilah beliau menggunakan mv Suju untuk bahan analisis semiotic kami. Awalnya saya keki setengah mati dipaksa nonton video-clip boanamana ini. Pikir saya, apa-apaan ini cowo-cowo geje ngedance, ada yang rambutnya dicat pirang pulak! Wkwkwkw, so norak. Apalagi salah satu sahabat saya (Sundari) yang juga teman sekelompok semiotic memang sudah sejak lama suka dengan salah satu personil Suju. Saya selalu alergi kalau sahabat saya itu mulai lebay memamerkan foto idolanya (Hangeng) dan memaksa saya untuk menyetujui kegilaannya sambil berkata “Cakep kan? Cakep kan?”

Lucunya, sekarang kami bertukar peran. Saat ini saya yang gila Suju dan Sundari sudah sembuh dari ketidakwarasannya itu. Hehe. Sebenarnya saya tertarik pada Suju setelah melihat drama Oh My Lady. Tahu dong siapa yang membetot perhatian saya. Yup, he is the prince charming named Choi Siwon. Xixixi. Well saya tidak akan membahas kegantengannya disini (mengingat saya akan kehabisan kata-kata untuk mendiskripsikannyaa). Yang pasti, Choi Siwon ini adalah idol Asia pertama yang sukses meluluhkan hati saya. Sebelumnya saya tidak pernah ‘ngeh’ jika melihat aktor-aktor Asia, saya lebih terpesona pada bule macam Keanu Reves, George Clooney, Jake Gyllenhall, dkk. Tapi sumpah, pesona dan kharisma Choi Siwon ini benar-benar sempurna di mata saya. Bahkan membuat saya berpaling dari Lee MinHo (mulai bahas hal nggak penting ^^).

second evidence ^^

Singkat cerita, karena Siwon lah saya jadi tertarik berkenalan dengan anak-anak Suju. Awalnya biasa saja, tapi karena saudara kembar saya (Sabiqa Usna) mulai menyuplai sekarung video-video Suju, saya pun mulai menggila. Dan bukan hanya dari movie video single-single mereka saja, saya bahkan lebih gemar menonton talk-show mereka. Dari sana saya mendapati kalau cowok-cowok Suju ini ternyata sangat lucu-lucu dan berkarakter! Kalau di Indonesia, orang yang bisa melucu itu hanya orang yang berwajah seperti Sule, cowok-cowok Suju ini meski hampir semuanya good looking, namun tanpa melucu pun tingkah mereka selalu mengundang tawa dengan sendirinya. That’s why i adore them! ^^

Saya tidak tahu kapan kegilaan ini akan berakhir, namun jujur sebenarnya ini agak mengganggu konsentrasi kuliah saya (apalagi saat ini saya tengah berjuang mengerjakan Thesis). Plus terakhir kalinya saya mempunyai seorang idola adalah jaman SMP dulu (waktu itu saya tergila-gila pada Westlife dan Blue). Kalau dipikir-pikir, hal ini agak sedikit konyol. Namun sejauh ini saya berusaha mengambil sisi positifnya (apa cobaaaaa? Hehe rahasiaaa...). Well, itulah sekelumit cerita tentang Korean fever yang merupakan babak baru dalam hidup saya. Bagi teman-teman yang mau sharing info atau menyumbang drama korea dan mv Suju, i’ll really apreciate it! ^^

No comments:

Post a Comment