Monday, April 18, 2011

Merek-Merek Sepeda Onthel


Rijwei Merk

25012010
BATAVUS
BURCO
BURGERS
DCR
DEWILDE
EMPO
FONGERS
GAZELLE
GERMAAN
GRUNO
JUNCKER
LOCOMOTIEF
MECHELEN
OPEL
PHOENIX
SIMPLEX
SPARTA
UNION
VEENO
WILHELMINA

Sunday, April 3, 2011

Jatuh Cinta dan Pacaran




http://pagotan.blogspot.com


“Eh, pacarnya sekarang siapa?”
“Tunggu, sudah punya pacar kan?”
            Pertanyaan membosankan. Dan kalau boleh jujur, bikin gerah. Hmm, setiap bertemu teman lama (baca: teman SMP dan SMA), pertanyaan itu pasti tidak pernah absen, selalu muncul dalam obrolan kami. Paling saya cuma bisa senyum. Dan akhirnya obrolan akan berakhir dengan membicarakan si A yang tiba-tiba punya pacar super keren atau si B yang ternyata sudah punya baby. Saya sih masih bisa stay cool kalau teman-teman saya yang meributkan masalah ‘pacaran’ ini. Saya maklum, di negara mana pun pastilah kehidupan anak muda itu tak pernah jauh-jauh dari cinta-cintaan atau yang kita sebut ‘pacaran’ itu. Tapi lain lagi ceritanya kalau orang tua yang mulai mengusik perihal ‘pacaran’ ini. Kalau sudah ada kerabat atau teman Ibu saya mengendus-endus dua pertanyaan pamungkas tadi, saya benar-benar jadi speecless. ^^
            Kenapa harus pacaran? Saya sering bertanya-tanya. Mungkin bagi orang lain akan terdengar aneh dan sama sekali tak penting. Tapi bagi saya, kadang hal ini (baca: budaya pacaran) jadi begitu menyebalkan. Apakah karena hampir setiap orang punya pacar, lantas kita juga harus pacaran? Oke, saya tahu jawaban kalian: tentu saja tidak harus! Terserah kitanya. Simple! gitu aja kok repot?. Well, sejujurnya tidak segampang itu lho. Karena tanpa disadari, banyak sekali dari kita yang terperangkap dalam ideologi ‘harus pacaran’ ini. Coba saja, siapa diantara kalian yang galau karena tak kunjung mendapatkan tambatan hati? Siapa yang iri melihat si ‘ini’ selalu terlihat asyik berdua bersama si ‘itu’. Ooooh so sweet! Aku kapan? Payah nih! Masa sudah semester delapan masih gini-gini aja? (Eit, sungguh ini bukan curhat lho!). Tapi jujur deh, banyak pasti yang merasa begitu. Saya sering kok mendengar keluhan-keluhan bernada sama dari teman-teman di sekitar saya.
            Kadang saya geli sendiri kalau ada teman yang galau setengah mati dengan kesendiriannya. Katanya sih... gimana nggak galau? Bentar lagi kita lulus kuliah, apa kata dunia kalau kita belum punya gandengan? Olala! Rupanya inilah masalahnya! Kebanyakan dari kita terlalu fokus dengan ‘apa kata dunia’. Kita jadi merasa dituntut untuk memenuhi standar-standar ‘apa kata dunia’ untuk bisa dikategorikan orang normal. Okeeee, dengan tidak berpacaran bukan berarti kita langsung di-judge sebagai orang abnormal. Tapi itu tadi... ‘apa kata duniaaaaa?’ ^_^
            Bukan karena anggapan orang lain kok! Aku hanya ingin ada seseorang yang bisa memperhatikan dan berbagi kebahagiaan bersamaku. Ceileeee... mungkin itu juga alasan kalian. Oke, Fine! Tapi saya tetap tak habis pikir, akankah dunia kiamat hanya karena kita tidak punya pacar? Well, sebenarnya bukan ‘pacaran’ yang kita butuhkan dalam hidup ini. Tapi cinta. Dua hal itu jelas berbeda bagi saya. Belum tentu ada cinta dalam sebuah hubungan ‘pacaran’.  Dan cinta, tidak harus diekspresikan dengan ‘pacaran’ (in my opinion lho!) ^^
            Kadang saya sepet kalau lihat ada sejoli pacaran dan menganggap mereka adalah pasangan paling bahagia sedunia yang sedang dimabuk cinta. Mereka bangga dan bahagia sekali, padahal yang mereka lakukan itu bukan lain hanya rutinitas budaya orang pacaran pada umumnya. Tak ada yang spesial dan membedakan mereka dari jutaan pasangan di dunia ini. Apalagi kalau tahu mereka itu sebenarnya tidak benar-benar cinta, cuma pengen asyik-asyikan dan dianggap keren aja! Beuh...
            Oh oke, tampaknya sekarang saya sudah benar-benar ngelantur. Mungkin kalian akan melempari muka saya dengan sepatu kalau saya melanjutkan pendapat sarkartis saya. Hohoho. Tapi sungguh, kadang saya penasaran... ketika kita jatuh cinta, haruskah kita mengekspresikan rasa itu dengan berpacaran? Saya pernah dekat dengan seseorang (Wuaah, buka aib #siap-siap ngumpet balik selimut!). Waktu itu saya bilang, kenapa harus pacaran? Toh kita sama-sama tahu bagaimana hati dan perasaan masing-masing. Dan yang terpenting, kenapa hubungan yang belum tentu berlanjut ke pernikahan itu harus dilabeli. Jujur saya tidak suka terikat dan agak risih kalau harus mendapat predikat ‘pacaranya si anu’ apalagi ‘ceweknya si itu’. Aduuuh, jadi berasa kita ini properti!
            Tapi kata ‘dia’ (anggap saja siwon, kyuhyun, atau donghae...kekeke #ditimpuk fans suju), menjadi terlalu sadis kalau berhubungan tanpa status. Batin saya, haduh... memangnya Tuhan mengenal dan menerima status ‘pacaran’ ya? Hihihi. Bagi saya, akan terasa lebih sadis lagi jika kita (baik laki-laki atau perempuan), melegalkan status pacaran itu untuk berbuat hal-hal yang diluar moral dan aturan agama. Kalau sudah begitu, cinta yang tadinya pure dan agung itu justru akan tercemari oleh hal-hal negative itu. Terus terang, saya tidak bisa membayangkan jika pasangan hidup saya kelak adalah orang yang telah berkali-kali menjalin hubungan (baca pacaran) sebelum dia bertemu saya. Bukannya saya kolot atau apa, tapi bagi saya... ketika kita jatuh cinta pada seseorang,  saat itu adalah  momen yang agung yang semestinya kita hargai dan kita jaga. Jangan sampai berubah jadi rutinitas bodoh yang hanya akan membuat diri kita tidak berharga. Apalagi ketika kita tidak cinta atau hanya suka sebatas fisik dan materi saja, sayang sekali kalau kita terburu-buru mendeklarasikan diri menjadi pasangan pacaran yang berbahagia. ^^
            Kembali ke topik awal, belakangan ini ada beberapa kerabat dan sahabat ibu saya yang getol menanyai saya “Udah punya pacar belum?”. Naga-naganya saya mencium sesuatu nih. Apakah kiamat memang sudah dekat? Kenapa para orang tua ini juga jadi gatel dan ikut galau kalau ada anak gadis yang belum punya pacar? Saya tegaskan, bukannya saya tidak punya pacar, tapi saya memilih untuk tidak pacaran! (Apa-apan ini? Can’t believe this! Saya menulis hal seperti ini di Blog!). Mungkin terdengar klise dan omong kosong. Bilang aje situ nggak laku! (Mungkin ini yang ada di benak kalian) ^^. Tapi sejauh ini saya bisa membuktikan komitmen saya ini. Bukannya saya menentang kalian yang berpacaran (silahkan saja, hak masing-masing kok). Tapi bagi saya, hanya ketika kita benar-benar jatuh cinta lah kita patut dan berhak menjalin sebuah hubungan dengan seseorang, itu pun dalam ikatan yang dilegalkan oleh agama. Dengan begitu, cinta itu akan terbebas dari segala hal-hal negative yang hanya akan merusaknya.
            Dulu sekali, saya pernah dengar seorang lelaki berkata dengan bijaknya “Saya menerima kalau orang-orang di sekitar saya menganggap saya aneh hanya karena saya tidak pacaran”. Omo! Bagi saya itu sangat cool dan berkarakter. Saya sampai terpesona begitu mendengarnya (lope-kope ^^). Tapi sedih sekali, karena ujung-ujungnya orang itu kemakan omongannya sendiri. Pacaran juga ternyata, sodara-sodara ladies and gentleman! Hah, payah! Hehe, kok lagi-lagi jadi curhat begini ya? ^_^
            Memang di era seperti sekarang, ketika orang berpikir bahwa mereka mempunyai kebebasan untuk melakukan sesuatu, sesungguhnya mereka masih terperangkap dalam aturan-aturan yang berlaku. Konyolnya seringkali aturan itu bukan lain hanya sebatas budaya ikut-ikutan. Jaman sekarang, kalau ada orang yang tidak pacaran, hanya ada dua kemungkinan: satu, mukanya terlalu jelek sehingga tidak laku, atau dua, dia benar-benar menjaga prinsip untuk mempersiapkan dirinya hanya untuk pasangan hidupnya kelak. Dan sah-sah saja kan kalau saya ingin sekali bisa menjaga komitmen saya untuk menjadi yang kedua itu. ^^
Jadi, dari tadi ngoceh intinya kamu sudah punya pacar atau belum?
Jangan sekali-kali tanyakan hal itu pada saya... ^_^ kalau kata Pak Mario sih, nggak usah khawatir kalau kita ini masih sendiri. Nggk usah galau juga kita bakal dapet pasangan hidup kayak apa? Yang terpenting adalah, jadikanlah diri kita ini pribadi yang pantas dan berharga untuk bertemu dengan seseorang  yang hebat dan penyayang.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman-teman saya yang merasa galau, terutama Kassande 07 ^_^