Sunday, January 31, 2010

Pantai yang indah di dabo singkep

pariwisata lingga, dabo singkeppantai adalah icon pariwisata kepulauan yang jika dikelola dengan baik akan menjadi objek wisata yang bisa mendatangkan pendapatan bagi daerah.

Sunday, January 24, 2010

My Holiday Project

 
Well, I’m home now. It was Thursday morning when I arrived at home after a long and tiring journey for about 13 hours (Surabaya-Magelang). Actually this semester holiday was started at January 7th, but I do have to delay my plan to go home because I have to attend the Department Agama Annually Training and Devotion which is this year held in Al Yasini Islamic Boarding School Pasuruan. As usual, I with my English Department friends have to practice to teach Al Yasini High School students. And it was little bit funny because I got the listening section. You know, I’m not really good in Listening but I have to teach them about the strategy to get a good mark in listening section. In fact, I have never got the perfect score in my listening class when I was in high school or now when I in Airlangga University. But Thanks God…, finally I could give the best for them because I give them listening practice through a song! ^_^. I choose The Climb by Miley Cyrus because I think the student is in the last grade and they need motivation to prepare the Final Examination (UAN). And beleive me, this song tells a really good motivated story to us.
After I comeback from Pasuruan, again, i have to postponed my plan to go home because I have to go to Airlangga Rektorat to sign for my fellowship, because a very big thankful to Allah that this year… I had chosen as one of receiver BKM Fellowship. Then after all of those thing were finished, I could go home with the very warm heart… imagining how my family will greet my arrival.
Then finally… here I am. In my comfort without window room (^_^), and writing this note. Since yesterday, my spirit to write had been raising and hammering on my lazy door. And suddenly I realize… how long I spend my life without writing anything at all? I forgot my old habit to produce tens of short stories a month (which is unfortunately were refused by all magazine). I forgot my child dream to become a famous writer. Yeah, everything that makes my life more colored had disappeared. But now, in this holiday, when I am free from million of college tasks, i feel that there is someone else inside myself who push me to write “something”, maybe she is someone who comes from the past. And I don’t know why I can’t refuse her ask. Then I think for a while before finally I decide to try make a project. A project that able to makes me serious and give a commitment to write. Yeah, I promise to myself that in this holiday, I have to produce minimum five short stories and a half of my first novel. The other side of me even think, that how impossible this project to do, considering how lazy I am to write in this three last years and the fact that this holiday is only about a month. But I know that thing that i have to do is writing and not thinking about so many others thing, and I will she whether this project will finish or not…

Thursday, January 21, 2010

tempat perangkaran ikan berada ditengah laut


Tempat penangkaran ikan ini cukup unik, karena berada di tengah-tengah laut tepatnya di desa tanjung kelit kabupaten Lingga. Mengapa bisa di buat seperti itu karena di tengah laut itu dangkal dan menurut masyarakat di dalamnya terdapat semacam gunung di dalam dasar laut.

Monday, January 18, 2010

Mendefinisikan Perguruan Tinggi Idaman: Sebuah Mimpi Indah di Siang Bolong yang Terik


Tahukah kau kawan? Mendefinisikan Perguruan Tinggi (PT) idaman sesungguhnya adalah sebuah persoalan yang dilematis. Sebagai seorang warga Negara Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, kita tentu mengharapkan sebuah layanan pendidikan beserta fasilitas pendukung yang benar-benar berkualitas, namun di sisi lain, himpitan ekonomi yang mencekik hampir seluruh keluarga di negeri ini memaksa kita untuk selalu berangan-angan mendapatkan yang termurah. Berkualitas, tapi murah. Adakah?

Menurut Serian, Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang notabene tertinggi di negeri ini diharapkan mampu menjadikan dirinya sebagai pusat di bidang penciptaan, informasi, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Perguruan tinggi semestinya mampu memposisikan dirinya sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan, sebagaimana yang dicanangkan pemerintah, sebagai mitra di bidang pendidikan.

Sayangnya yang terjadi saat ini, Perguruan Tinggi yang diharapkan mampu menjadi pelopor lahirnya generasi-generasi bangsa yang berkualitas dan berkredibilitas tinggi untuk membangun Indonesia di masa mendatang justru menjadi semacam lembaga pendidikan yang angkuh. Ada banyak hal yang bisa kita sebutkan untuk mendefinisikan “angkuh” disini.

Pertama, hanya yang berduit yang bisa masuk dan merasakan nikmatnya mereguk ilmu di sebuah Perguruan Tinggi. Kita tidak bisa menutup sebelah mata akan fakta bahwa hampir seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia baik negeri maupun swasta memasang tarif masuk Perguruan Tinggi sekurang-kurangnya lima juta, bahkan banyak yang mencapai puluhan hingga ratusan juta. Kalau pun Perguruan Tinggi selevel Universitas Airlangga atau pun Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga memasang tarif kurang lebih satu juta koma sekian rupiah sebagai uang pendaftaran, kita perlu mencatat bahwa itu hanya khusus untuk jalur SPMB yang persaingannya amatlah ketat mengingat banyaknya peserta yang berminat.

Padahal kita tahu, tak banyak keluarga di Indonesia yang memiliki penghasilan lebih dari lima juta per bulan. Seorang buruh tani misalnya, hanya mendapatkan kurang lebih dua puluh lima ribu rupiah perharinya, yang tentu akan habis hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Atau katakanlah seorang tukang becak yang tak lebih hanya akan mengantongi tiga puluh ribu rupiah perhari, itu pun setelah dipotong setoran wajib ke juragan becak. Dengan penghasilan seminim itu, mana mungkin terlintas di benak orang seperti mereka untuk memasukkan putra putrinya ke sebuah Perguruan Tinggi? Sebelum maju dan melihat impian putra putrinya berkembang, orang-orang seperti mereka telah teralienasi terlebih dahulu oleh angkuhnya sistem pendidikan kita. Maka seiring perkembangan Perguruan Tinggi di Indonesia yang semakin maju, satu fakta yang tak bisa terelakkan adalah bahwa itu semua hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis. Lain tidak.

Kedua, Perguruan Tinggi terkadang hanya menjadi semacam saksi bisu tempat berkumpulnya orang-orang berduit yang hanya mengejar status sarjana tanpa kesungguhan niat untuk mereguk ilmu dan pengamalannya di masyarakat kelak. Fungsi awal untuk melahirkan manusia-manusia unggul pembangun bangsa menjadi terlupakan. Perguruan Tinggi mendadak justru menjelma mesin penghasil pengangguran dan manusia-manusia egois yang hanya peduli pada perut mereka.

Ketiga, bisa dikatakan Perguruan Tinggi kini turut andil besar dalam perusakan lingkungan yang sudah semakin memprihatinkan. Hampir tak satu pun Perguruan Tinggi di negeri ini yang benar-benar peduli, betapa banyaknya mahasiswa yang tiap hari bolak balik kampus dengan motor dan mobil mewahnya, yang tentu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam peningkatan polusi udara di Indonesia. Tak ada satu pun yang berinisiatif untuk menyelesaikan atau paling tidak meminimalisir persoalan tersebut. Beberapa waktu silam, UGM sebagai Perguruan Tinggi Favorit Indonesia sempat mencanangkan sepeda hijau, namun program itu menghilang begitu saja seolah tak pernah ada.

Keempat, hampir bisa dikatakan tak ada satu pun Perguruan Tinggi di Indonesia yang benar-benar concern pada permasalahan moral mahasiswa. Kalau pun ada Perguruan Tinggi berlabel agama, tak bisa dipungkiri bahwa kondisi moral mahasiswanya bukanlah merupakan suatu jaminan di dalamnya. Kita tahu, betapa memprihatinkannya kondisi kota-kota besar tempat dimana berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa perantuan semacam Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, Semarang, dan yang lainnya. Perguruan Tinggi hanya menjadi semacam tempat belajar teori-teori yang sama sekali tak dapat menyentuh masalah moral dan keagamaan mereka. Gaya hidup yang cenderung bebas sudah menjadi hal yang lumrah bagi mahasiswa kita.

Fakta-fakta di atas seringkali membuat kita tersadar dengan kening berkerut, betapa menyedihkannya Perguruan Tinggi di negeri kita. Tak adakah satu saja yang benar-benar bisa memberikan pelayanan pendidikan dan fasilitas yang berkualitas tanpa melupakan permasalahan lingkungan dan moral untuk seluruh rakyat Indonesia dari semua kalangan?

Jawabannya, tentu sulit menemukannya. Karena kita tidak bisa serta merta menyalahkan masing-masing Perguruan Tinggi. Semua kembali pada pemerintah sebagai pemegang wewenang tertinggi dan penyelenggara pemerintahan, tanpa mengesampingkan setiap elemen pengelola dalam Perguruan Tinggi.

Namun jika boleh saya berangan-angan, memimpikan sebuah Perguruan Tinggi idaman tentu tidak bisa terlepas dari hal-hal berikut ini:

1.Sebuah Perguruan Tinggi Idaman idealnya mampu menampung seluruh rakyat yang memang mempunyai kemauan serta kemampuan untuk mencari ilmu. Mulai dari atas, menengah, hingga kalangan tak berpunya. Perguruan Tinggi yang saya idamkan seyogyanya mampu menyiasati persoalan yang membuat para rakyat miskin di negeri ini tak mendapatkan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi. Menjalin kerja sama dengan sebanyak mungkin pihak yang bersedia menjadi donatur atau sponsor beasiswa bagi calon mahasiswa yang kurang mampu adalah salah satunya.

2.Sebuah Perguruan Tinggi sudah semestinya memiliki standar mutu yang tinggi. Oleh karenanya, alangkah baiknya bila sebuah Perguruan Tinggi mampu menyeleksi setiap calon mahasiswanya dengan baik dan teliti, dengan pertimbangan berbagai hal yang nantinya bisa membuktikan bahwa Perguruan Tinggi tersebut bukan hanya menjadi semacam saksi bisu tempat berkumpulnya orang-orang berduit yang hanya mengejar status sarjana tanpa kesungguhan niat untuk mereguk ilmu dan pengamalannya di masyarakat kelak.

3.Perguruan Tinggi Terbaik hendaknya mampu memberikan pelayanan dan fasilitas pendidikan yang berkualitas, tanpa mengurangi keramahan yang menjadi ciri khas bangsa kita. Perguruan Tinggi semestinya mampu bersikap professional dalam memberikan pelayanan pendidikan. Pertama, dalam hal tenaga pengajar yang kompeten, disiplin, dan mampu menumbuhkan motivasi mahasiswa serta menciptakan relasi antara pengajar dengan yang diajar. Kedua, fasilitas pendidikan hendaknya memadai, seperti pengadaan perpustakaan ideal, kenyamanan gedung yang sepadan dengan biaya yang telah mahasiswa keluarkan, fasilitas pembelajaran penunjang di setiap fakultas, serta penyediaan akses dan informasi beasiswa dalam dan luar negeri sebanyak-banyaknya. Pelayanan operasional seperti administrasi dan pengusulan beasiswa yang tidak bertele-tele, transparan, dan ramah tentu akan memberikan nilai plus.

4.Alangkah baiknya bila sebuah Perguruan Tinggi mampu menjadikan dirinya sebagai pemecah masalah lingkungan. Banyaknya mahasiswa yang menggunakan sepeda motor dan mobil yang turut andil dalam pencemaran lingkungan bisa disiasati dengan diberlakukannya penggunaan sepeda atau bus kampus untuk semua elemen dalam Perguruan Tinggi. Mulai dari rektor, karyawan, dosen, hingga mahasiswanya sendiri. Tidak mudah memang, namun dengan kesungguhan niat tentu hal tersebut bisa benar-benar direalisasikan.

5.Masalah moral dan keagamaan mahasiswa tentu tak boleh dikesampingkan. Perguruan Tinggi hendaknya mampu memonitor perkembangan moral dan keagamaan setiap mahasiswanya. Hendaknya diciptakan sebuah wadah yang mampu memonitor perkembangan moral dan keagamaan mahasiswa sesuai keyakinannya masing-masing. Kehadiran Perguruan tinggi selevel Universitas Islam Indonesia yang kental akan nilai agama dalam atmosfir kampus sudah sepatutnya diteladani Perguruan Tinggi lainnya. Maraknya budaya “titip absen” di kalangan mahasiswa yang tentu berperan dalam rusaknya moral dan kejujuran mahasiwa juga perlu disiasati. Paling tidak, Perguruan Tinggi semestinya memperkerjakan tenaga pendidik atau dosen yang benar-benar disiplin dan tegas sehingga bisa meminimalisir praktek curang mahasiswa. Pengadaan absen dengan sidik jari adalah solusi paling tepat.

6.Terakhir, sebuah Perguruan Tinggi ideal hendaknya mampu bukan hanya membekali mahasiswanya dengan hard-skill semata namun juga soft-skill. Perguruan Tinggi juga diharapkan menjalin hubungan dan kerja sama dengan sebanyak mungkin pihak (penyedia lapangan pekerjaan) sehingga kemampuan lulusan Perguruan Tinggi bisa langsung tersalurkan dan tidak mencipatakan banyak pengangguran baru yang hanya akan menambah beban negara.

Itulah kawan, sekelumit mimpi indahku tentang sebuah Perguruan Tinggi Idaman. Mungkin terlalu muluk, namun bukankaah semua hal besar di dunia ini datang dari sebuah mimpi? Dan untuk adik-adikku yang mungkin merasa terlalu kecil untuk masuk ke Perguruan Tinggi, sesungguhnya aku mempunyai sebuah jawaban untuk menyiasati tingginya biaya yang dipatok setiap Perguruan Tinggi angkuh itu… mau kuberi tahu?
Jawabannya adalah: Belajarlah dengan serius dan berkemauanlah dengan sungguh-sungguh!
Karena ketika kau belajar dan berkemauan dengan segenap kemampuanmu, maka jalan itu pasti akan terbuka. Tak peduli betapa miskin dan tak berduitnya orang tuamu, atau betapa angkuh dan sombongnya gedung Perguruan Tinggi itu untuk kau jejaki. Yakin lah, jalan itu pasti ada kawan. Kalau kau bertanya dimana jalan itu? Aku akan menjawabnya: jalan itu adalah Beasiswa. Disini akan kuberikan sedikit info beasiswa yang semoga bisa kau buka pintunya untuk jalanmu kedepan.

1.Beasiswa Departemen Agama (S1)
Beasiswa ini khusus diperuntukkan bagi lulusan Pondok Pesantren (Jadi kau harus bersekolah di Pesantren dulu kawan. Coba saja, asyik kok!). Beasiswa ini meliputi seluruh biaya kuliah selama menempuh S1 beserta living-cost setiap bulan sebesar Rp 750.000,- ( Mana ada beasiswa seperti ini? Komplit!). Kau juga diperbolehkan memilih jurusan dan universitas pilihanmu yang kesemuanya Insya Allah berkualitas, mulai dari UGM, UNAIR, IPB, ITB, ITS, Uin Sunan Kalijaga, Uin Syarif Hidayatullah, IAIN Walisongo, dan IAIN Sunan Ampel. Biasanya, informasinya akan disebar ke setiap pesantren di seluruh Indonesia. Namun jangan lupa kawan, setelah lulus kita mesti menjalani pengabdian selama tiga tahun di pesantren atau lembaga yang telah ditentukan Departemen Agama, karena ini beasiswa yang mengikat. Karena bukankah itu inti dan tujuan kita menuntut ilmu, untuk diamalkan bukan? Kalau kau tertarik, kau bisa mencari informasinya di website Departemen Agama, atau langsung ke kantor Departemen Agama yang ada di tiap provinsi.

2.Beasiswa Universitas Paramadina
Sejauh pengetahuanku ini juga beasiswa penuh untuk S1 beserta living-cost. Untuk lebih jelasnya, kau kunjungi saja website Universitas Paramadina.

Mungkin baru itu yang bisa kuberitahukan padamu kawan. Karena hanya dua itulah yang kutahu yang menyediakan beasiswa penuh beserta living-cost. Sesungguhnya, memimpikan sebuah Perguruan Tinggi idaman ini tak bisa kupisahkan dari harapan akan adanya lebih banyak lagi lembaga pemerintah dan swasta yang memberikan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi untuk anak bangsa yang kurang mampu. Meski ini terlalu imajinatif, namun aku percaya semua mempuanyai masanya tersendiri untuk mewujud menjadi kenyataan.

(Di-postkan dalam rangka mengikuti Lomba Blog UII)



Salam Hangat,
Robita Asna

Hati-hati Jalan-jalan ke Mall sendirian!!!


“Sejahat-jahatnya orang adalah ia yang mengambil keuntungan material dari penderitaan orang lain” (Sarip, tukang koran). (dikutip dari anditoaja.wordpress.com)

Kemarin, Senin 18 Januari saya iseng jalan ke BG Junction Mall setelah mengambil kacamata di Optik Joyo. Pikir saya, sekali-kali jalan-jalan sendiri asyik mungkin… siapa tahua ada barang lucu nan murah yang bisa dibeli. Lagi pula hari masih lumayan pagi dan otak saya memang lagi butuh refreshing. Namun ternyata jalan sendirian di Mall bukan hal yang aman di jaman seperti sekarang. Bukan karena copet atau jambret, tapi beberapa tahun belakangan ini sedang marak penipuan bermoduskan souvenir gratis yang merambah banyak mall di kota-kota besar khususnya yang di dalamnya terdapat Carrefour (CF). Kemarin, saya nyaris jadi korban penipuan yang tak jarang merugikan korban hingga jutaan rupiah ini.


Awalnya, saya tengah enjoy cuci mata di Cahaya dept.store di ground floor ( FYI: baju-baju disini lucu-lucu dan harganya lumayan miring). Setelah puas cuci mata, saya naik ke atas untuk mencari CF. Karena saya masih belum hafal betul letak CF, saya agak bingung mencari-cari dimana letaknya. Nah, saat itulah seorang mbak-mbak asing yang sangat ramah menghampiri saya. Dengan skenario yang telah dibuat-buat, mbak itu menanyai saya apakah saya sudah diberi souvenir gratisnya. Terang saja saya bingung, souvenir apa?. Lalu mbaknya menjelaskan bahwa BG Junction sedang promo besar-besaran dan bagi-bagi souvenir gratis. Struk belanja kita bisa ditukar dengan satu souvenir secara cuma-cuma. Dan karena tadi di Cahaya Dept.store saya lihat memang sedang Big Sale di setiap counternya, saya pun percaya sampai pada tahap itu.


Lalu mbak itu mengajak saya untuk mengambil souvenirnya. Namun ternyata saya justru digiring ke gerai mereka yang letaknya tak jauh dari CF. Sampai sana saya beluma ada insting sama sekali bahwa saya tengah dijadikan korban empuk penipuan. Saya pun diminta duduk di sebuah kursi terapi (pijat refleksi kaki apaan gitu…). Disana saya disambut mbak dan mas yang cakep2 dan cantik2. Pertama mereka berbasa-basi, menanyakan kenapa saya belanja sendirian dan bla bla bla lainnya. Lalu si mas yang cakep dan perlente ( Suer, penampilan memang bisa menipu) meminta KTP saya. Dia terlihat mencatat no KTP dan data diri saya sementara si mbak nanya-nanya A to Z ke saya. Dari mulai kuliah saya, tempat kos, sampai kota kelahiran saya.


Ada beberapa hal yang membuat saya perlahan sadar bahwa saya tengah dirayu untuk tujuan tertentu. Pertama saat si mbak memuji bahwa Unair adalah tempat kuliahnya orang-orang berotak cemerlang seperti saya (Gubrak!!! Lebay banget kan, seumur-umur belum ada yang bilang begitu, ya meski Unair bagus orang normal hanya akan mengatakan bahwa Unair bagus, itu saja). Kedua, saat si mas menyusul memuji bahwa tanda tangan saya asyik dan bagus setelah dia melihat KTP saya ( Tanda tangan saya memang berbeda dari yang lain karena berbentuk ikan, tapi orang normal biasanya hanya akan mengatakan kalau tanda tangan saya aneh). Dari sana saya mulai curiga, ni orang kok ramah dan welcome banget? Padahal setahu saya pelayan toko tu kebanyakan judes. Lantas saya liat sekeliling saya, produk dagangan mereka adalah alat-alat pemijat (kaki, tangan, kening, etc) dan beberapa peralatan rumah tangga. Dan foila! Mendadak saya sadar, saya teringat barang-barang itu mirip dengan barang-barang yang ditawarkan pada teman kontrakan saya yang kebetulan juga pernah kena tipu. Tidak salah lagi! Batin saya saat itu. Namun saya masih belum punya alas an untuk angkat kaki dari sana. Apalagi kaki saya tengah dipijat refleksi yang rasanya sangat aneh dan sama sekali tak nyaman.


Dalam hati saya bertekad saya harus cepat-cepat pergi dan jangan sampai mau menerima tawaran mereka dalam bentuk apapun. Namun saat saya hendak meminta diri, si mbak dan mas mencegah, mereka berdalih pijat kaki saya belum selesai. Mereka pun menanyai saya macam-macam. Disana saya mulai emosi, ni mbak dan mas nggak penting banget deh. Maka keluarlah watak judes saya ^_^. Saya menjawab pertanyaan mereka yang nggak penting itu dengan nada yang memang saya buat ketus. Saat saya bertanya apakah ini promo dari BG Junction mereka berkelit ini itu (mbulet), lalu dengan nada tegas saya bilang “Saya Cuma tanya perusahaan apa yang mengadakan promo bagi-bagi souvenir ini mbak? Bukan penjelasan yang lain!”, disitu si mbak dan mas terlihat kwalahan dan nggak mampu menjawab. Namun rupanya ada teman mereka, si mbak satu lagi yang sedang menata barang dagangan menjawab bahwa perusahaan mereka yang mengadakannya. Dia menyebut nama perusahaan yang jujur lebih mirip nama ilmiah tumbuhan (apa gitu saya lupa…)


Sampai pijat refleksi itu usai, si mbak dan mas masih getol nanya-nanya juga. Muji ini itu. Hingga akhirnya pijat refleksi nggak mutu itu pun selesai. Saya bilang saya mesti buru-buru pergi karena ada urusan, maka si mbak pun mengeluarkan kupon-kupon yang katanya souvenir gratis itu. Disana ada 5 pilihan, 4 souvenir dan satu voucher yang katanya bisa untuk belanja produk mereka. Saat itu saya bertambah yakin kalau mereka tak lebih dari sekelompok penipu karena saya melihat salah satu kupon bergambar setrika yang mirip dengan milik teman saya yang dulu pernah kena tipu juga. Maka setelah si mbak jelasin ini itu dengan mantabnya saya bertanya, “Saya boleh memilih salah satu kupon ini dan itu benar-benar bisa dibawa pulang gratis?”. Si mbak pun tersenyum lebar dan mengangguk. Lalu lanjut saya, “Milih salah satu ya mbak? Trus kalo nggak milih sama sekali boleh nggak?”. Si mbak menjawab masih dengan muka merayu “ Lho kenapa mbak, ini kan gratis”. Dan dengan emosi yang sudah tak tertahan karena tingkah mereka yang sok baik itu saya berkata tepat di depan muka si mbak “KARENA SAYA TIDAK INGIN MEMILIH SOUVENIRNYA SAMA SEKALI” , disana mulut si mbak dan si mas langsung terkunci. Dengan tergagap si mbak bilang “ O ya sudah kalo begitu, terimakasih ya mbak…”. Si mas bahkan nggak mampu bilang apa-apa lagi. Dan saya pun ngacir pergi dengan langkah santai. Puas saya bikin mereka gondok, hehe.


Well, itulah pengalaman saya nyaris kena tipu yang meski menyebalkan tapi setidaknya memberi saya pelajaran dan pengalaman berharga. Penipuan semacam ini memang mulai ramai di mall-mall di Indonesia. Teman kontrakan saya jadi korbannya saat dia belanja di Giant. Para penipu itu biasanya menargetkan orang-orang tertentu seperti kakek nenek, ibu2 atau bapak2 yang terlihat tak berpengalaman, orang yang terlihat nggak fokus, orang yang bingung lirik sana sini, atau orang yang tengah sendirian (Itu saya ^_^). Mereka pintar bermain kata hingga si korban pun tertarik memilih souvenir dan ujung-ujungnya tetap harus bayar. Parahnya barang-barang yang mereka tawarkan umumnya bukan barang primer dan bisa dikatakan sampah. Sepeti alat-alat rumah tangga skunder atau alat pijat tangan, pijat kaki, dan pijat-pijat lainnya yang nggak jelas. Dan semua itu harganya selangit bo! Lebih mahal 3x lipat dari harga normal.


Yang saya nggak habis pikir, kenapa mereka mau berkerja seperti itu? Berdandan cantik, cakep, rapi dan handal berbicara hanya untuk menipu! Sungguh menurut saya mereka lebih rendah dari pengamen, loper Koran, pedagang kaki lima, pemulung ampah, atau bahkan pengemis. Karena mereka dengan sengaja menjebak dan menipu orang-orang yang belum berpengalanan. Mungkin benar ,mereka bekerja demi sesuap nasi. Tapi tak pernah terpikirkah di otak mereka yang licik itu, bagaimana seandainya orang tua mereka, kakek nenek mereka yang sudah pikun, adik atau kakak mereka yang jadi korbannya. Dan lagi, dimana penghargaan terhadap diri mereka sendiri, apakah mereka tak punya kemampuan lain untuk bekerja dengan cara yang lebih terhormat?


Namun saya sadar, mereka hanya sales promotion. Yang lebih licik adalah bos mereka alias yang mempunyai perusahaan dengan strategi dagang seperti itu. Mall juga menjadi pihak pendukung praktik kotor mereka. Banyak yang bilang, Mall tak mau tahu kecurangan mereka dan hanya peduli bahwa mereka toh sudah bayar sewa untuk gerai mereka. Kalau sudah begini, yang bisa kita lakukan hanya waspada dan hati-hati kalau ada orang asing tiba-tiba mencocok hidung kita menawarkan souvenir atau apapun gratis (yakinlah, ngga ada yang gratis di dunia ini). Orang seperti mereka patut ditolak mentah-mentah sebelum kita terjebak mulut mereka yang pintar merayu hingga berbusa-busa. Dan yang terpenting adalah doa jika hendak bepergian. O ya, sebisa mungkin jangan pergi sendirian (Jadi parno nih…) ^_^


Buat teman-teman, hati-hati ya kalau jalan-jalan di Mall. Kalau bisa beritahukan ke ortu dan saudara agar waspada juga. Karena kata Bang Napi, tindak kriminal bukan hanya karena niat si pelaku… tapi juga karena ada: kesempatan. Waspadalah, waspadalah, WASPADALAH! Hehe…


Regard,


Robita Asna





Friday, January 15, 2010

wisma ria gedung serba guna peninggalan PT. TIMAH SINGKEP


wisma timah ini merupakan gedung yang dulunya dijadikan sebagai pertemuan masa , dan juga sebagai sarana olah raga para karyawan-karyawati pt.timah. gedung yang luas ini berada ditengah-tengah kota singkep yang bentuk bangunannya sangat megah sekali.

sekarang gedung ini masih dimanfaatkan untuk sarana olah rag masyarakat , serta biasanya sering dijadikan tempat penyelenggaraan suatu kegiatan masa baik berupa hiburan, pertandingan-pertandingan olah raga dan sebagainya.

.Cerita Kota Tua.



.KOTA TUA.


Hmm...

Hari ini kita bicara apa ya soal jakarta?

Umh...

Bagaimana kalo kita bahas soal “Profesi” sebagian penduduk jakarta?

Mungkin buat sebagian orang, profesi adalah sebuah karier yang harus diperjuangkan untuk mencapai kata sukses yang mereka definisikan sendiri tolak ukurnya. Biasanya orang-orang seperti ini selalu punya target yang harus mereka capai dalam kurun waktu tertentu. Hem... bagus, artinya mereka workholic dan pekerja keras. Tapi, buat sebagian orang lagi, mungkin profesi hanyalah sekedar pekerjaan yang jadi sebuah rutinitas manusia untuk melanjutkan hidup mereka. Gak salah juga sich? Tapi kok ya flat amat hidupnya, hehehehehe... dan menurut sebagian lagi, mungkin profesi adalah sesuatu yang berharga. Mereka mungkin tidak berasal dari keluarga yang bisa dikatakan cukup sehingga mungkin SD saja mereka tidak tamat, tapi mereka harus menjalani kejamnya ibu kota untuk bisa bertahan hidup. Kadang, apapun perkerjaan yang ditawarkan kepada mereka, mereka akan menerima dan menjalaninya demi bertahan hidup. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka memutar otak untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan yang mereka perjuangkan juga bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukkan orang kebanyakan. Mereka tidak berdasi atau memakai bllezer, mereka juga tidak duduk nyaman dikursi yang empuk, tidak juga berada di ruangan ber-AC, tidak juga nyaman berada dikantor yang terhindar dari panasnya matahari dan juga dinginnya hujan, tidak juga berpenghasilan yang layak.

Beberapa minggu yang lalu, saya ddan team melakukan sebuah perjalanan kecil untuk melihat-lihat wajah jakarta.

Perjalanan dimulai dari shelter busway pulo gadung. Awalnya, kami ingin mewawancari petugas busway mulai dari penjaga loket dan supir busway yang tidak memandang gender lagi. Pria maupun wanita bisa jadi supir busway. Umh, menurut saya itu sebuah profesi unik yang bisa dikatakan profesi baru yang diciptakan oleh pemerintah kota jakarta. Namun, dengan keterbatasan waktu dan ketidakleluasaan petugas yang sedang bertugas, membuat kami mengurungkan niat tersebut.

Perjalanan kami cukup memakan waktu 1 jam kurang lebih dengan melakukan 1 kali transit sebelum akhirnya sampai di kota tua. Ketika itu suasana kota tua cukup ramai dipadati pengunjung yang sedang rekreasi dalam rangka mmenghabbiskan liburan dengan hanya sekedar piknik, mengunjungi museum dan...

Hey, look at that...

Sepeda ontel...



Banyak sedang menyewa ojek sepeda ontel untuk sekedar berkeliling pelataran meseum fatahilla. Kami langsung tertarik dan sepakat menjadikan ojek sepeda ontel ini sebagai target utama wawancara kami pagi itu. Sebuah potret kehidupan profesi yang luar biasa dan tidak semua orang bisa lakukan. Ya, tukang ojek sepeda ontel...



Sepeda ontel.



Sepeda yang tergolong sepeda lama yang sudah dipakai rakyat indonesia dari jaman penjajahan. Kenapa sepeda ontel? Umh... unique. Mungkin itu yang pertama kali terlintas dalam benak kita ketika melihat para ojek-ojek yang sedang mangkal untuk mencari pelanggan. Dan alasan yang kedua mungkin karena ontel adalah sepeda lama jadi cukup match dengan suasana kota tua sehingga para penyewa sepeda ontel akan merasa berada pada beberapa tahun silam dan bisa menikmati kota tua dengan nuansa dan romantika tempo dulu.

Menurut jenisnya, sepeda ontel itu dibagi dua, yaitu sepeda ontel ojek dan ontel wisata. Biasanya untuk ojek, ontel yang digunakan adalah ontel untuk pria dengan plang dibagian depan jok sedangkan untuk wisata, ontel yang biasa digunakan adalah untuk wanita dengan plang yang melengkung ke bawah sehingga memudahkan pengujung untuk menggunakannya.

Umh, diperjalanan kami melihat-lihat, kami bertemu dengan seorang bapak asal semarang yang merantu ke jakarta untuk mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Bapak ini adalah satu dari sekian banyak orang yang tidak seberuntung orang tua kami yang masih berkecukupan untuk memenuhi semua kebutuhan kami. Beliau sampai harus ke jakarta untuk mmengadu nasib disini. Tanpa bekal keterampilan dan keahlian, ia mencoba untuk membeli sebuah sepeda ontel tahun1929 yang ketika dia beli harganya masih 290ribu namun sekarang harganya sudah mencapai jutaan rupiah. Beliau memulai melakukan pekerjaanya di kota tua pada tahun 1992 namun menjadi bagian dari wisata ojek ontel baru sekitar setahun. Beliau merantau sendirian kejakarta sedangkan anak dan istrinya berada di semarang. Selain jadi tukang ojek sepeda ontel, beliau juga bertani di kampungnya kendal. Beliau mempunyai dua orang anak yang secara pendidikan dan kehidupannya masih bisa tercukupi meskipun tidak berlebih. Untuk penghasilannya sendiri, kalau musim liburan, biasanya penghasilannya lumayan namun jika sedang sepi, beliau hanya dapat penghasilan sekedarnya.



Kami pun sempat bertanya untuk harga sewa dari ojek ini dan juga tujuan-tujuan sekitar kota tua yang bisa dijelajahi. Range harga dibagi dua, yaitu sewa hanya disekitar pelataran meseum fatahillah dan juga sewa ojek mengelilingi 5 tempat tujuan wisata yaitu pelabuhan sunda kelapa-menara syah bandar-meseum bahari-jembatan kota intan dan toko merah yang memakan waktu kira-kira 1 jam setengah. Untuk harga sewa 1 jam sekitar pelataran meseum fatahilla dikenai biaya 20ribu rupiah sedangkan untuk yang 5 tempat tujuan wisata dikenai biaya 30ribu rupiah.

Ada begitu banyak keindahan yang bisa ditemui sepanjang jalan, dan juga anda bisa menemukan begitu banyak sejarah didalamnya...

Bagaimana?

Anda tertarik untuk mencoba?datanglah ke kota tua dan rasakan sensasi tempo dulu disini...

:-)

Selamat mencoba...

1 pelajaran yang bisa kita ambil disini adalah, perjuangan selalu memtuhkan pengorbanan dan juga kemauan. Semua yang ada didunia tidak bisa kita miliki instan, jadi berusahalah untuk mencapai apa yang kau inginkan...

.Cerita Anto Jadul.

Umh,,,

Sambil kami menunggu salah satu teman kami yang sedang menjelajah 5 tempat tujuan wisata, kami tidak ingin buang-buang waktu, kami pun kembali menjelajahi sekitar kota tua.
Ketika kami sedang melihat-lihat, kami menangkap sosok seseorang yang berpenampilan unik sekali. Ia memakai pakaian ala menir, dengan sepeda ontel tuanya yang masih tampak bagus sekali, dengan kamera tua tahun 60-an yang dikalungkan di salah satu bahunya, dan ia juga memegang sebuah cerutu tua yang semuanya tampak terawat.


Ya,,,

Dia adalah,

Anto Jadoel,

Seorang yang berprofesi sebagai tukang parkir namun dewi fortuna sedang menaunginya. Ia menjadi host sebuah acara yang ditayangkan oleh stasiun TV One yaitu “Riwajatmoe Doeloe”. Dia juga seorang model, bahkan dia sering menjadi objek foto para mahasiswi klub fotografi universitas gunadarma.

Gak nyangka bisa ketemu Mas Anto Jadoel.
Ketertarikan seorang anto jadoel dengan barang-barang antik awalnya hanya karena keterbatasan biaya untuk membeli barang baru. Sehingga dia membeli barang bekas dipasar loak yang sudah jadi barang-barang antik.

Dari mas Anto Jadoel ada sebuah pelajaran yang bisa diambil, yaitu, hidup tidak selalu seperti yang kita mau. Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjadikan kita orang yang punya segalanya, tapi juga bukan berarti kita tidak bisa berada pada level itu. So, do the best, and got it. Belum tentu apa yang kita pikir tidak menghasilkan atau tidak menguntungkan, akan berakhir dengan ketidakbberhasilan. Tapi ambilah peluang sekecil apapun yang ada di depanmu, lakukan dengan hati, dan petiklah hasilnya... langkahmu hari ini, menentukan masa depanmu...
^_^

Kalo kalian mau gabung dengan groupnya Anto Jadoel, search aja namanya Anto Jadul di Facebook, atau gabung di grroup Galerinya. Jika ingin tau dettai tentang riwayat hidupnya, klik aja di http://antojadulthetruelive.blogspot.com
Okeh?
^_^

Wednesday, January 13, 2010

.Cerita Monas.

MONAS I'M COMING !!!

Hmm...

udah siang  niy, kita udah lunch juga, so,,,

sekarang kita lanjut ke MoNas alias Monumen nasional...

ini hari pertama gw ke monas loch, hehehehehe... norak yach?

Perjalanan kita lanjutkan, turun dari shelter monas, kita ketemu sama delman...Wah... senangnya menemukan objek wawancara selanjutnya...Nama kusir ini adalah Hajar, waktu dilihat dari belakang dia mirip bang jampang, tapi dari depan mirip artis loch..hehehehehe...

Bang hajar ini jadi kusir delman kalo dia liburan atau hanya ada event-event tertentu... Keluarga bang hajar itu punya sekitar 5 delman yang dipakai sama Ayahnya, kakak-kakaknya dan adik-adiknya... Oya, kuda yang mereka pakai, perawatannya mahal loch, sekitar 500.000 sampai 1juta rupiah...Wuih...wuih... perawatannya lebih mahal dari perawatan dirikuw creambath di salon..hehehehe...

Mungkin ada yang tau kalo delman itu sudah nggak boleh masuk kawasan monas lagi sejak 29 October 2009. Menurut bang Hajar, penghasilannya kalo beroperasi kawasan monas lebih banyak sekitar 1 sampai 2juta...wow...lumayan juga yach. Tapi, kalo sekarang penghasilannya berkurang dech...Bang Hajar ini, selain jadi kusir delman, dia juga bekerja di sebuah cafe di jakarta, hardrock cafe...wuih...oke gak tuch? bekerja keras untuk hidup di jakarta yang keras...

Bang Hajar memilih profesi kusir delman untuk meneruskan budaya betawi dan juga turun temurun usaha keluarga. Delman bang Hajar pun sudah mengikuti paguyuban yang mempunya waktu-waktu tertentu untuk berkumpul bersama. Oya, delman itu icon dari monas loch, sayangkan kalo delman nggak boleh beroperasi di kawasan dalam monas...

ini video wawancaranya...