Tuesday, December 29, 2009

Pasilitas Penginapan Pendukung Pariwisata

pariwisata lingga
Penginapan prima in salah satu penginapan yang ada di dabo singkep, dengan pasilitasnya yang lengkap mampu mendukung dunia pariwisata di lingga untuk memberi kenyamanan istirahat para pelancong yang akan datang ke kabupaten ini.


Dan dengan makin baiknya pasilitas pendukung pariwisata di lingga, mudah-mudah kedepannya akan terwujud semua rencana pemerintah untuk mengangkat sektor pariwisata lingga sebagai penghasil PAD buat daerah ini.

Sunday, December 27, 2009

pantai pasir putih objek wisata yang patut dikelola dengan baik


pantai dengan pasir putih adalah salah satu objek wisata yang patut untuk dikelola agar menjadi menjadi daya tarik pengunjung tyang akan menikmati indahnya suasana pantai. Kabupaten Lingga ini kaya akan pantai pasir putih , dan sudah selayaknya untuk dikelola menjadi tempat wisata yang indah . tentunya dalam hal ini tak perlu sepenuhnya datang dari pemerintah daerah , tapi bisa juga lewat swuadaya masyarakat tempatan untuk merubah pantai itu jadi tempat wisat seperti menjaga kebersihannya, bergotong royong mempermudah akses jalan menuju pantai itu, bersama-sama membangun tempat-tempat beristirahat para pelancong, atau mendisain pantai sedemikian rupa untuk membuatnya tampil menarik.

dan semua itu hanya butuh kemauan keras dari masyarakat yuang ada di Kabupaten Lingga ini untuk memajukan dunia Pariwisata yang akan membawa lingga pada kemajuan dan kesejahteraan serta mendapat nama besar di dunia pariwisata Indonesia.

Thursday, December 24, 2009

Wisma Singkep peninggalan PT. Timah

pariwisata lingga
Wisma singkep ini salah satu gedung peninggal PT. Timah , yang sekarang sering dimanfaatkan Pemda Lingga sebagai tempat pertemuan, tempat-tempat pelatihan . Wisma yang megah ini berada di tengah-tengah kota dabosingkep dan posisinya sangat stategis berada diatas bukit.

Wednesday, December 23, 2009

taman kota pariwisata lingga Taman kota ini,dimanfaat masyarakat singkep sebagai tempat bersantai-santai disore hari dan juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga bersama jika hari minggu pagi.


Taman kota ini berada di tengah-tengah pusat kota dabosingkep, yang di tata dan dibentuk atas swadaya masyarakat untuk menambah keindahan kota kecil ini.

Sunday, December 20, 2009

KEINDAHAN PANTAI SERGANG LAUT DI DABO SINGKEP



Pantai sergang merupakan salah satu icon objek wisata yang ada di kabupaten Lingga tepatnya berada di dabo singkep. Pantai sergang laut ini di hiasi dgn berada tempat-tempat bersantai yang di buat secara permanent dari semen.


Keindahan pantai ini di hiasi juga dgn hamparan pasirnya yang putih dan pohon-pohon cemara yang meneduhkan suasana pantai sergang ini.

Friday, December 18, 2009

pasir putih pesisir pantai di dabo singkep

pariwisata lingga inilah wajah pantai-pantai yang berada di pesisir pulau singkep hamparan pasir putihnya bak lukisan yang indah.

Foto ini diambil di kawasan desa lanjut .

Monday, December 14, 2009

TEMPAT IBADAH PENINGGAL PT. Timah Singkep

Pariwisata Lingga

Ini foto mesjid besar yang bernama Mesjid AL-ZULFA berada di tengah-tengah pusat kota dabo singkep.

Tempat ibadah umat islam ini di dirikan oleh Pt. Timah singkep yang dulu pernah mengalami masa kejayaannya di pulau singkep ini.

Sunday, December 13, 2009

PUSKESMAS TERBESAR DI KEPRI

Dabo singkep
Dabo Singkep inilah foto puskesmas terbesar di Kepri yang ada di kota Dabo Singkep. Puskesmas yang besar ini bekas rumah sakit yang di bangun oleh PT. Timah yang dulunya jadi rumah sakit terbesar dan terlengkap di Riau pada tahun 70-an.

Tuesday, December 8, 2009

The cutest boy in my world…




He is my nephew named Tuba. Before he was born, I always hate child! But now, I started to love child. Because of him, I become curious about the growth process of children. Tuba is six half years old now. He is in the first grade of elementary school. Sometime I feel that time was passed so fast, as feel as that yesterday he is still a baby, and now… suddenly I found him playing football or bicycle with his friends. He can run fast, jump from the high place, and screaming all the time. He is a cheerful child. And he has a leadership soul although he is the youngest among his friends.

Look at his natural laugh and cute smile!





Every time I hear his voice on the phone, I feel my feeling toward him is getting stronger. I really love him. Sometime I think that he is my brother rather than my nephew. He loves to draw. And I put some of his masterpieces in my room^_^. Every time I go back to my home, I always give him a story book. I want to make him love to read. I want to see him grows become a smart and confident boy.
When I’m in million miles away from him, I really miss his laugh… his voice… and the way he speaks when he tells about his friends or his school activity…

Tuba... Le'Na miss u...

And this is the pucture when we explored our village street, almost a year ago...


Monday, December 7, 2009

Journey to FIB Unair (Part 2): Dari Pelosok Magelang, Kesasar Di Tengah Hiruk Pikuk Surabaya…

Setelah dinyatakan lolos di tingkat provinsi ( saat itu ada dua orang wakil Jogja, saya dan Ifa dari MA. Ali Maksum), saya pun harus meneruskan perjuangan ke kota pahlawan. Kota asing yang belum pernah saya kunjungi. Karena tidak ingin merepotkan keluarga dan guru-guru di sekolah, saya nekat berangkat ke Surabaya bersama Ifa. Alhamdulillah Ifa punya saudara yang tinggal di Surabaya, jadilah saya ikut numpang menginap di tempat saudara Ifa, plus numpang makan tentunya ^_^.

Hari tes pun tiba. Saat itu peserta beasiswa Depag mengikuti jalur tes PMDK Umum. Alamaaak… banyak betul pesaing saya. Mereka terlihat percaya diri. Dan konon dari 100 peserta yang mengikuti tes, hanya 33 yang akan diterima. Waduh, lagi-lagi kepercayaan diri saya dipermainkan oleh keadaan. Setelah jalan-jalan ke Delta dan TP, esoknya saya kembali ke Jogja, masih ada tes baca kitab kuning untuk kelulusan pesantren yang mesti saya jalani. Dan tiba-tiba saja, saya kembali terjebak dalam rutinitas pesantren namun sekaligus tak bisa melupakan bagaimana nasib saya pada beasiswa itu. Apakah perjuangan saya hingga ke Surabaya kemarin hanya akan sia-sia?

Empat hari setelah tes adalah hari pengumuman peserta PMDK Umum yang lolos. Pagi-pagi saya sudah minta guru saya (PAK BI) agar melihat pengumuman di internet. Deg- degan tak karuan menunggu Pak.BI membawa hasilnya. Sekitar jam 10.00 pagi saya dipanggil ke kantor. Pak BI menyambut saya dengan senyum ramah seperti biasa. Bukannya langsung memberi tahukan hasilnya, beliau malah berceramah tentang bagaimana kita harus berjuang dalam hidup untuk mencapai cita-cita. Beliau bercerita bahwa beliau juga tengah menunggu pengumuman CPNS atau apa gitu saya lupa lupa ingat. Hehe. Dan akhirnya setelah berpanjang lebar dan saya hanya terdiam tak sabar, beliau memberi tahu… bahwa saya… sayangnya belum termasuk dalam daftar peserta yang lolos. Tak terkira bagaimana kacaunya perasaan saya saat itu. Terbayang jerih payah perjuangan dari awal hingga harus jauh-jauh ke Surabaya, benarkah hanya sampai disini begitu saja? Tak ada hasil dan begitu pun dengan luapan kegembiraan. Hanya hampa yang tersisa. Perasaan di dalam bergemuruh, namun saya pura-pura tersenyum dan mengatakan “Taka Apa-apa” dengan sok tegarnya pada Pak.BI. Namun lama-lama mata saya memanas, rupanya air mata tak bisa terkendali. Sebelum tumpah di depan Pak.BI, saya segera meminta diri, keluar dari kantor dan lari sekencang-kencangnya ke kamar mandi. Disana saya menangis. Menangisi semua perjuangan dan harapan saya yang tiba-tiba terasa sia-sia. Untuk apa Tuhan meberi saya harapan dan semangat berjuang jika akhirnya hasilnya mengecewakan seperti ini? Keluh hati saya yang marah kala itu.

Dalam sedih dan keputus asaan yang mendalam, cieee…, teman-teman saya tak henti menghibur saya. Mereka mengusulkan agar saya mengecek sendiri di internet untuk memastikan, siapa tahu tadi Pak.BI salah memasukkan nomor peserta saya? Harapan yang meski tipis pun perlahan mulai memenuhi benak saya. Namun karena masih dalam masa berkabung, saya tak ada daya dan kekuatan untuk berjalan ke warnet, akhirnya salah seorang Ustadzah bersedia membantu saya mengecek lagi ke warnet. Sepuluh menit, setengah jam, saya menunggu kepastian dalam galau yang tak berkesudahan. Namun saat Ustadzah saya datang pun, jawabannya masih sama. Nama saya tidak ada dalam daftar. Maka bertambah pula duka di hati saya. Semakin mempertegas bahwa mungkin saya memang harus ikhlas menerima kenyataan. Teman-teman dan guru-guru menasehati bahwa masih banyak peluang di luar sana. Hati sih mencoba untuk ikhlas, tapi entah mengapa tidak dengan air mata saya. Setiap hari sejak hari berduka itu saya seperti tak bisa berhenti menangis. Entah apa yang saya tangisi. Padahal saya juga sudah tahu bahwa semua akan baik-baik saja, toh ortu di rumah sudah menenangkan bahwa saya masih bisa kuliah di tempat lain. Mungkin saya hanya menyesal tak bisa membahagiakan ortu dengan beasiswa itu.

Hari demi hari saya lalui dengan semangat yang tinggal senin-kamis. Ujian-ujian sekolah dan ujian praktik saya jalani dengan setengah-setengah. Dan percaya tidak percaya, tiap malam saya nangis sambil memandang bulan, sendirian di jemuran (Gubrak!! Cengengnya…). Tapi itulah penghargaan saya atas sebuah mimpi yang gagal teraih. Begitu sulit saya melupakannya. Sampai-sampai banyak guru yang seperti prihatin melihat saya, sebagian mereka terus menasehati saya agar saya bisa menerima kenyataan dan semangat melanjutkan hidup. Bahkan pernah Pak.BI sampai mengirimi saya makanan karena tahu saya masih terpuruk. Bapak guru satu ini memang selalu perhatian dengan murid-muridnya.

Hingga akhirnya ujian sekolah pun usai. Karena tak ada lagi kegiatan, dan wisuda pun masih lama, saya menelpon rumah minta dijemput. Saya tak sanggup lagi menjalani hari-hari yang menjemukan di pesantren dengan mimpi yang telah kandas (Lebay mode on). Di rumah, kerjaan saya pun hanya tidur-tiduran, makan, nonton tv, maen game, dan merenungi nasib, ^_^. Iseng saya mengontak ifa, menanyakan kabarnya. Ternyata namanya pun tak masuk dalam peserta yang lolos.

Namun karena nasehat ibu saya, saya tetap berdoa pada Tuhan, minta diberikan kemudahan. Sampailah pada suatu hari, saat itu, siang bolong… saya tengah nonton tv seorang diri sementara seluruh keluarga sedang pergi. Tiba-tiba Hp saya bordering, ada telpon dari guru saya di Jogja. Pak Samson. Dengan suara terburu, tiba-tiba saja beliau mengatakan kalau ada surat pemberitahuan dari Depag bahwa saya lolos beasiswa ke UNAIR! Dengan terkejutnya saya bilang bahwa itu tidak mungkin. Saya curiga jangan-jangan Pak. Samson hanya berbohong untuk menghibur saya. ( Bodohnya saya saat itu, ngapain guru bohong pada muridnya?). Karena saya masih keukeuh tak percaya, akhirnya Pak.BI yang member tahu saya, dan saya pun baru bisa percaya.

Sungguh, siang itu menjadi salah satu siang terindah dalam hidup saya. Mengetahui bahwa Tuhan masih menggenggam mimpi saya dan memberi kesempatan untuk hambanya yang cengeng ini. Dan karena saat itu romah lagi kosong, saya jingkrak-jingkrak sendiri tak karuan, lari-lari kecil, tertawa-tawa sendiri (menertawai cengeng-nya saya), dan tak sabar memberi tahu orang tua dan kakak-kakak saya.

Dan begitulah cerita panjang saya hingga saat ini saya berkesempatan belajar di FIB Unair dan menjadi bagian dari keluarga besar penerima beasiswa Depag. Kisah yang panjang, melelahkan, dan penuh air mata. Namun satu yang berharga, bahwa lika-liku yang saya alami telah memberi satu keyakinan dalam diri saya, bahwa segala sesuatunya itu mungkin. Tak peduli seberapa liar mimpi kita dan seberapa bodoh kita, namun jika kita berusaha dan berdoa dengan sungguh-sungguh, maka pasti Tuhan akan memperkenankannya.






Sunday, December 6, 2009

GUBERNUR CUP DAN BAZAR RAKYAT

Pariwisata lingga
Kemaren tanggal 5 desember 2009 di Dabo Singkep di buka acara sepakbola antar se kabupaten Kepulauan Riau dengan memperebutkan piala Gubernur yang istilahnya GUBERNUR CUP. Semua peserta serta supporter dari berbagai kabupaten se propinsi Kepulauan Riau. Acara ini langsung di remsikan Oleh Gubernur Kepri Bapak Ismeth Abdullah beserta Bupati Lingga sebagai tuan rumah turnamen Gubernur cup ini.


Perayaan dan turnamen sepak bola ini, juga di dimeriahkan oleh Bazar Rakyat dengan beragam barang , jasa ,makanan yang tersedia.
Dabosingkep

Event ini merupakan hal yang baik buat memperkenalkan pariwisata dabo singkep khusus Pariwisata Lingga kepada para tamu yang datang dari daerah lain di seluruh propinsi Kepri ini.

Monday, November 30, 2009

TEMPAT PENANGKARAN IKAN KERAPU

Pariwisata Lingga

Foto di atas adalah tempat penangkaran ikan kerapu , yang nilai jualnya sangat tinggi jika di ekspor di Negara Singapura.


Ikan kerapu ini juga di tangkap oleh nelayan yang juga merupakan mata pencaharian nelayang yang ada di pulau-pulan yang masih masuk wilayah Kabupaten Lingga dan di jual ke Toke-toke cina, lalu di takarkan mereka menggunakan keramba seperti foto tersebut.

Saturday, November 28, 2009

FOTO BEKAS PERUSAHAN TIMAH SINGKEP

Dabosingkep

Ini foto bekas perusahan timah singkep yang dulu berdiri dengan gagahnya . Kemegahan masa lalu yang menyisahan banyak cerita.


Sekarang hanya tinggal bangunan-bangunan tua yang tak terurus dan terabaikan.

Tuesday, November 24, 2009

Suasana sore pulau Singkep

Pariwisata lingga

Foto diatas melukiskan suasana di DABO SINGKEP menjelang malam. Foto ini diambil dari pelabuhan dabo singkep .


Suasana sore yang temaran melukisan kedamaian dan keindahan kota dabo singkep ini.


VISIT TO DABO SINGKEP

Journey to FIB Unair (Part 1):Dari Pelosok Magelang, Kesasar Di Tengah Hiruk Pikuk Surabaya

Seringkali saat ada teman kuliah, tetangga kontrakan, tukang becak, atau penjual di pasar menanyai kota asal saya, mereka akan tercengang begitu mengetahui saya berasal dari Magelang. Sebuah kota kecil di Jawa Tengah sana. Maklum saja, tak banyak orang Magelang jauh-jauh kuliah sampai Surabaya. Sebagian mereka lebih memilih di Jogja atau paling jauh hanya sampai Solo saja. Dan di Surabaya pun, sebagian mahasiswa berasal dari daerah Jawa Timur saja, hanya sepuluh persen yang berasal dari luar Jawa Timur, itupun sangat langka ada yang berasal dari Magelang. Cerita lengkapnya begini,

Contoh kejadian 1: ( Terjadi di kampus)
Saya : Wah… homesick nih. Pengen pulang kampung. Udah lama nggak pulang ke rumah.
Teman : Kenapa nggak pulang pas weekend?
Saya : Weekend kan cuma dua hari doang! Capek di jalan lah.
Teman : La emang rumahmu mana sih?
Saya : Magelang.
Teman : Magelang? mana tuh? Deketnya Trenggalek ya? (Gubrakkk!)
Saya : (Dalam hati: Deket Trenggalek dari hongkong?), Magelang masa nggak tahu sih? Yang ada Candi Borobudurnya itu loh. Sekitar tiga jam-an dari Jogja. Kalo dari sini sih, sekitar 13 jam perjalanan.
Teman : Wah, jauh banget!
Saya : (tersenyum mode on…)
Teman : Btw, kenapa kamu sampe kuliah jauh-jauh kesini? Kenapa nggak di Jogja aja yang deket?
Saya : …

Contoh kejadian 2: (Terjadi di tepi jalan raya saat saya menunggu travel)
Tukang becak : Nunggu apa mbak?
Saya : Nunggu travel pak.
Tukang Becak : mau kemana mbak?
Saya : Ke Jogja
Tukang Becak ( antusias): Wah, ke Jogja? Ngapain mbak?
Saya : Pulang kampung pak, asal saya dari sana. Tepatnya dari Magelang.
Tukang Becak : Jadi mbak bukan asli Surabaya sini? Disini kuliah?
Saya : iya pak.
Tukang Becak : Kuliah di Unair?
Saya : Iya pak.
Tukang Becak : Wah, berapa sekarang masuk Unair? Mahal pasti…
Saya : (mesam mesem nggak jelas. Dalam hati: ya iyyalah pak…)
Tukang Becak : Wah, pasti orang tua mbak bukan orang sembarangan. Nyekolahin anaknya jauh-jauh ke Surabaya, kalau orang biasa mana bisa?
Saya : senyum2 nggak jelas ( Dalam hati: Nih bapak belon tahu cerita yang sebenarnya)

Dua contoh kejadian di atas cukup menggambarkan keheranan orang-orang ketika mengetahui saya yang berasal dari jauh memilih kuliah di Surabaya. Memangnya sebagus apa sih Unair? Sampai membuat saya rela tak bisa pulang kampung kecuali saat libur karena jauhnya jarak antara Surabaya-Magelang. Padahal toh masih ada UGM yang notabene lebih bergengsi yang bahkan lebih dekat dengan kota asal saya. Hmmm… sebenarnya ada cerita yang cukup panjang yang melatar belakangi keputusan saya untuk kuliah di Unair. Dan saya pikir, setelah dua tahun berada di Surabaya, lucu sekali bila saya tak menuliskan cerita itu disini. 

Well, cerita berawal saat saya duduk di bangku kelas tiga Aliyah. Saya bersekolah di Madrasah Aliyah Wahid Hasyim tercinta yang terletak di Jogja. Saat itu, saya dan teman-teman mulai sering memperbincangkan kemana kami hendak meneruskan studi selulus aliyah nanti. Dan nama-nama universitas yang kami sebut-sebut paling hanya berkisar UGM, UNY, atau Uin Suka. Tak pernah sekalipun terlintas di benak saya nama Universitas Airlangga. Paling banter Univ Muhammadiyah Malang, karena kebetulan ada kakak kelas saya yang studi disana.

Hari-hari di tahun terakhir aliyah saya jalani dengan penuh semangat meski tanpa ada gambaran dan target pasti universitas mana yang akan saya tuju ( Nggak niat banget ya saya?). Try- out2 dari sekolah saya lalui dengan nilai yang sebagian besar Alhamdulillah bagus. Hingga sampai lah pada saat dimana ada pengumuman beasiswa S1 dari Departemen Agama. Beasiswa ini memang sudah diadakan sejak tahun sebelumnya khusus untuk lulusan pesantren yang mempunyai prestasi bagus agar bisa melanjutkan kuliah di universitas2 negeri berkualitas seperti UGM, ITB, IPB, ITS, Uin Suka, Uin Syarif, IAIN Walisongo, IAIN Sunan Ampel, dan tentunya… UNAIR. Dua kakak kelas saya berhasil meraihnya (Di Uin Syarif Jakarta dan di UGM). Namun jujur saya tak pernah terpikir untuk mengikuti beasiswa ini. Selain pesimis dari awal karena banyak teman seangkatan saya yang lebih berpeluang, gosipnya sih tesnya sulit minta ampun… ada tes baca kitab kuning segala. Wah, langsung alergi saya! Hehe… Maklum, meski hidup lama di pesantren, saya lemah di ilmu alat (baca: nahwu shorof).

Saat itu saya beranggapan beasiswa itu adalah hal yang terlalu mustahil bagi saya. Sehingga saya lebih memilih ikut UM UGM meski juga dengan sejuta harapan kosong (motivasi iseng-iseng berhadiah bo!). Namun setelah saya berpikir cukup serius, kok rasanya target saya kuliah di UGM juga terlalu tinggi ya? Saat itu saya memasang Psikologi di pilihan pertama dan Ilmu Komunikasi di pilihan kedua, dengan SP3 paling minim yakni Rp 5.000.000,-. Banyak yang bilang persaingannya amatlah ketat, apalagi untuk saya yang lemah di matematika, belum lagi memikirkan uang semesteran nanti jika diterima, masih harus ditambah uang per-sks ( Ck ck ck… mahal betol UGM ni haaa…) ^_^

Saya pun menimbang ulang angan-angan saya kuliah di UGM. Sepertinya kemungkinannya kecil meski saya diterima. Hmmm saya pun jadi terpikir dengan beasiswa Depag tadi. Dan ketika tiba saat pendaftaran beasiswa Depag di sekolah saya, saya jadi agak2 kepengen. Kepsek memutuskan akan menyeleksi nama-nama yang mendaftar untuk diajukan ke Depag Jogja sebelum mengikuti tes tertulis. Wah, masih harus diseleksi ternyata! Nyali saya makin ciut, keinginan untuk mendaftar semakin menipis. Bagaimana tidak, ada begitu banyak teman saya yang jauuuh lebih punya kapasitas mendapatkan beasiswa ini. Saya yang lemah di matematika dan nahwu shorof ini, langsung mengkeret begitu mengingat cerita kakak kelas saya bahwa tes beasiswa ini meliputi tes matematika dasar dan membaca kitab kuning. Gubrak! Wassalam deh…

Namun ternyata, sampai pada batas akhir pendaftaran di tahap sekolah, baru ada satu siswa yang mendaftar. Dia teman sekelas saya yang memang jago di semua mata pelajaran. Namanya Nendi, cowok berjerawat yang gape baca kitab kuning, utak atik rumus mtk, dan b.ingg-pun oke punya. Nyaris tanpa cela. Saya tidak heran ia cukup percaya diri memasang Hukum UGM pada beasiswa itu. Saya ingat, pagi itu Pak Kepsek datang ke kelas khusus untuk mengungkapkan kekecewaannya mengingat hanya ada satu siswa yang berminat mendaftar beasiswa ini. Beliau menasehati kami untuk mempergunakan peluang yang ada sebaik mungkin. Beliau berkata bahwa hanya orang-orang pemberanilah yang akan sukses mendapatkan apa yang ia inginkan.

“ Padahal saya mengharapkan kalian mendaftar beasiswa ini. Dan saya yakin kalian bisa! Apakah kaliah tidak berminat? Bagaimana Aghis… Ade…” Pak Kepsek mulai menyebut nama-nama teman sekelas saya yang cukup mempunyai kapasitas dan mungkin yang ia harapkan mendaftar beasiswa ini sejak awal. “Asna…” Deg! Kok nama saya ikut-ikutan disebut? Apa Pak Kepsek ketinggalan berita ya kalo saya ni paling lemot urusan matematika dan baca kitab kuning?

Setelahnya, Ade dan Aghis mengajak saya berdiskusi, bagaimana kalau mencoba mendaftar beasiswa ini? Toh mencoba tidak akan ada salahnya, urusan berhasil atau tidak urusan nanti deh… Wah, benar juga ya? Apalagi nama saya juga disebut-sebut tadi. Hehe. Akhirnya kami bertiga datang ke kantor menemui Pak Kepsek untuk mendaftarkan diri dengan target pilihan UNAIR. Saat itu bukan Pak Kepsek yang menyambut kami, beliau sedang sibuk dan akhirnya Pak BI (bag kesiswaan) yang menerima kami dengan ramah dan menjelaskan bahwa program studi yang ditawarkan UNAIR hanya Psikologi dan Sastra Inggris, mengingat saat itu adalah tahun pertama UNAIR menjalin kerjasama dengan Depag. Namun karena kamai tidak ada bayangan pada universitas lain ( UGM: LEWAAAT DEEH…, Uin&Iain: alergi bhs. Arab2an, hehe, ITB&IPB: waduh, eksak bo!), maka dengan semangat 45 kami memilih UNAIR. Dalam hati saya, ini kan hanya coba-coba…! Aghis dan Ade memasang Psikologi sebagai pilihan studi mereka, dan mau tak mau saya memilih Sastra Inggris atas anjuran Pak BI. Yah, meski memang saya menyukai Bahasa Inggris dan nilai Bahasa Inggris saya pun cukup bagus, namun tidak pernah terpikir di benak saya sebelumnya akan melanjutkan kuliah di jurusan sastra inggris. Dari dulu saya mengidam-idamkan jurusan Ilmu Komunikasi ( pengen jadi pembaca berita yang keren booo!). Tapi ya sudahlah, sastra Inggris pun sepertinya nggak jelek-jelek amat (baca: konotasi negative).

Akhirnya kami pun resmi terdaftar. Saya segera memberi tau orang tua di rumah untk mendoakan saya agar berhasil dalam misi coba-coba ini. Dan Alhamdulillah, beberapa minggu kemudian ada pengumuman yang menyatakan kami semua lolos administrasi dan berhak mengikuti tes tertulis di tingkat Provinsi. Saat itu, ada 10 orang dari sekolah saya. Saya, Aghis, dan Ade dengan pilihan UNAIR, Nendi dengan pilihan UGM, Fata dan K’ Subi dengan pilihan ITS, Naim, As’adah dan Elva dengan pilihan IPB, dan Isti dengan pilihan Uin Syarif. Hari tes tertulis pun tiba. Kami berangkat dengan semangat membara ke asrama Haji tempat diadakannya tes. Saat tiba disana, sudah ramai oleh peserta ujian dari pesantren lain. Hati saya ketar-ketir mengingat belajar saya semalam yang tak bisa maksimal karena suasana kamar yang memang selalu ramai. Duh… jawab apa aku nanti? Tuhan… bagaimana kalau semua ini hanya akan jadi usaha yang sia-sia. Hey, tak ada usaha yang sia-sia! Setiap usaha pasti membuahkan hasil… hati kecil saya menguatkan.

Tes awal adalah psikotes yang cukup membuat kepala saya pening. Disuguhi soal-soal logika yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan berpikir. Namun Alhamdulillah berhasil saya selesikan. Tes tahap ke dua adalah tes dari universitas masing-masing. Eh, tahu-tahu sang pengawas memberitahukan bahwa khusus untuk UNAIR belum ada tes tahap universitas. Tes tahap universitas akan diadakan setelah penyaringan di tiap provinsi. Gubrak! Berarti mesti tes dua kali dong?!. Enak sekali peserta yang tidak memilih UNAIR, mereka akan langsung dinyatakan lolos/tidak lolos hanya dari tes di provinsi ini. Namun apa mau dikata, saya sudah terlanjur mendaftar dan hanya bisa mematuhi aturan. Akhirnya saya, Aghis, dan Ade pun keluar dan baru masuk ruangan lagi saat tes tahap ke tiga. Tes tahap ketiga ini meliputi tes B. Inggris dan tes kepesantrenan (menerjemahkan teks kitab kuning). Toloooooong… ditambah ada insiden mati lampu segala. Seratus soal bahasa inggris mesti selesai dalam waktu satu jam, dan dengan kemampuan ala kadarnya saya menterjemahkan teks bahasa arab yang diberikan. Kalau tidak salah teks tentang wakalah atau apa gitu saya tidak terlalu faham. Hehe…

Menjelang petang keseluruhan tes tersebut baru usai dan kami pun kembali ke pesantren tercinta. Esoknya, kami menjalani rutinitas seperti biasa. Sekolah dan ngaji seperti biasa, namun sejujurnya… dalam hati saya selalu dikejar-kejar kekhawatiran tentang hasil tes beasiswa itu. Haduh… kira-kira orang macam saya masuk kualifikasi standar nggak ya? Tak henti-hentinya tiap malam saya curhat sama yang di atas. Memohon belas kasih-Nya untuk memberikan saya kesempatan.

Hingga suatu hari, Pak Kepsek memanggil kami ber-sembilan… wah… makin deg-deg-an, pasti hasilnya sudah keluar. Aduh maaaak… saya tak siap! Pak Kepsek tersenyum penuh arti menatap kami yang duduk dengan wajah tegang dan tangan sedingin es. Pertama kali ia menyebut nama Isti, beliau meminta maaf karena Isti tidak termasuk yang tercantum dalam daftar siswa yang lolos seleksi. Beliau berkata hanya ada empat nama yang lolos (Huaaaa… diriku masuk nggak ya?Hiks hiks, pesimis…) Gaya Pak Kepsek sudah benar-benar mirip pembawa acara Indonesian Idol yang mengeliminasi kontestan. Kemudian nama Nendi yang disebut, dalam hati saya yakin kalau Nendi pasti lolos, tapi ternyata Pak Kepsek mengatakan kalau Nendi belum berkesempatan mendapat beasiswa ini. Terus terang saya kaget, kalau Nendi yang jenius saja tidak lolos, bagaimana dengan saya? Optimisme saya makin menipis. Satu persatu nama disebut, dan diketahui bahwa Naim, Elva, dan Fata yang sudah pasti diterima dalam seleksi ini. Hanya tinggal satu nama lagi. Pak Kepsek kembali tersenyum misterius saat akan menyebut nama saya dan Aghis, kami berdua yang belum disebut, berarti satu diantara kami yang masuk dalam daftar penerima. Saya dan Aghis saling bertatapan, tangan kami saling menggenggam dalam kebekuan dan kekhawatiran yang memuncak. Air mata saya hampir tumpah, tak siap membayangkan jika saya harus kecewa. Dan kami berdua berjanji untuk saling menguatkan jika salah satu diantara kami gagal.

Dan Pak Kepsek pun menyebut nama Aghis… bahwa ia… sayangnya tidak masuk dalam daftar. Dan yang itu berarti, sayalah yang masuk dalam daftar peserta yang lolos! Tak terkira luapan perasaan gembira yang saya rasakan saat itu. Benar-benar tidak menyangka… takjub bahwa apa yang saya inginkan bisa benar-benar menjadi kenyataan, Namun di sisi lain saya juga merasa begitu tidak nyaman dengan kenyataan bahwa Aghis tidak lolos, dengan kekalahan teman-teman yang lain juga tentunya. Setelah puas bertangis-tangisan dengan teman-teman yang belum lolos (baca:menghibur dan memotivasi mereka), saya dipanggil Pak Kepsek ke kantor. Beliau memberitahukan saya, bahwa saya belum tentu 100% diterima di UNAIR, karena saya masih harus menjalani satu tahap tes di UNAIR sebelum dinyatakan lolos. Gubrak!!! Ternyata perjuangan belum usai… cerita masih panjang untuk mencapai satu kata:Happy ending.

To be continued…
^_^









Monday, November 23, 2009

MENGUMPULKAN CERITA DONGENG ZAMAN DULU

Daerah melayu seperti di dabosingkep Lingga ini sudah pasti banyak dongeng -dongen yang jadi cerita orang tua-tua dulu. Karena kemajuan zaman membuat dongeng2 yang ada seolah-olah pupus. Oleh karena itulah saya sebagai admin blog dengan judul PARIWISATA LINGGA ini mencoba mengumpulkan cerita-cerita dongeng di Kabupaten Lingga ini, agar generasi-generasi penerus mengetahuinya.


Saya contohkan salah satu dongeng tentang seorang bername paknde yang tingkah lakunya konyol dan menggelikan selalu jadi dongeng penghantar tidur kami-kami era tahun 80-an. Dongen ini sering di ceritakan nenek-nenek kepada cucu-cunya untuk penghantar tidur maupun mengisi waktu senggang.


Paknde ini tokoh yang benar-benar bodoh dan konyol sehingga segala tingkah lakunya dalam cerita membuat kita terpingkal-pingkal. Sayang saya sudah banyak lupa tentang cerita paknde ini. Untuk itulah saya akan coba menelusuri sejarah dongeng ini maupun dongeng2 yang lain, rencananya akan saya catat dan publikasikan di blog pariwisata ini.

Thursday, November 19, 2009

Finally … I get my first job!


This week is my week! How come? Because this week is my first time that I can practice my knowledge, yeah… I am an English private teacher now! ^_^ Well… maybe become a private teacher is sounds like something usual and not special for other, but for me… it’s really wonderful! Because I’ve been obsessed to be an English private teacher since I was in the third semester. And because I don’t have motorcycle, I got difficulty to become a private teacher. And finally, in this fifth semester, specifically last week … one of my lovely friend ( Savira) offered me an opportunity to give English private for junior high school student. And I spontaneously accepted this offer.
And yesterday is my first time doing this job! Well, unlike the other private standard… I teach three students concurrently. They are Dian, Indah, and Tri. We come together in Dian’s house every Wednesday night and Thursday night at 18.30.pm. At first, I felt nervous and worried because I was afraid if they were too smart or if I couldn’t explain about what they will asked. But in fact, everything is going well and I feel really enjoy doing this job. Because unfortunately, although they are in the highest level of Junior High School (9 grade), but they are still weak in English especially in grammar and pronounciation. I thought they have already understood well about the basic tenses in English, but what I found was very different from my first guess. Even they are still confused to differentiate which one is simple present, simple past tense, or simple continuous tense.
It is advantageous for me, because I only have to explain simple material. But then I thinking it through and suddenly feel so ironic. From what Dian has told me, I found that the English learning in their school is not an effective learning. Their teacher never gives a brief explanation about the material. The students only have to write the material in their book, and do some exercise in LKS or text book. And when their answer was wrong, their teacher never explains about the reason why their answer was considered as wrong answer. It’s kind of monotonous learning system that I also experienced when I was in junior high school. And I believe that there are many schools in Indonesia who are still use this system. One of crucial reason is the teacher who doesn’t have a good capability and understanding to teach student in creative ways.
I just wonder… how if every teacher understand well how to teach and make student love English subject? I think it will give the big progress in our education system. But unhappily, the fact is so different from what we are expected. I just hope that I can to be a good and creative teacher who can give the best for my students. Not only give understanding but also motivation that can attract their interest to study English deeply. ^_^


Tuesday, November 17, 2009

Pompong transportasi antar pulau

Pariwisata lingga

Inilah kapal transportasi yang sering digunakan masyarakat pesisir pantai untuk memenuhi kebutuhan serta transportasi antar pulau.


Nama kapal kecil ini "pompong" istilah masyarakat pulau-pulau yang ada di kabupaten Lingga ini.

Exploring Surabaya Zoo with Kassande '07




Well, it’s already about two weeks that I didn’t write anything at all for this blog. I must confess that maybe I am the laziest blogger in this whole world, hehe. Well, actually I am not too lazy to write or post something, just felt little bit busy at these last two weeks. First, it was the middle examination that I have to face, and considering that I am in the fifth semester right now, I think I have to be more serious to prepare this mid-term. But unfortunately, in fact I am still the person who always used the SKS’s system to study. Sistem Kebut Semalam… bro! ^_^ I can’t change this really horrible habit since I was in High School…


After the mid-term finished, I and my kassande’s friends went to Surabaya Zoo at last Saturday. Well, it was my first time to go there although I have been living in this city more than two years. But unhappily, not all of the kassande’s personil join this picnic. Most of them were busy with their own businesses. Only about 12 persons, including me, who have enthusiasm to join this trip.


We arrived at 10.00.am and I spontaneously amazed when I saw the Suroboyo statue because for all my life in this city I’ve never seen this well-known statue with my own eyes ( it is ironic, isn’t?), then I force my friends (Mar’ah) to take a picture in front of it. After check the present list, we were started to explore the zoo. At first I thought that it will be bored picnic because of the hot weather, but in fact, when I entered the zoo I felt that … wow, it’s really amazing! I’ve never imagine before that Surabaya has this cool zoo! Because from most of my friends who ever visit this zoo, they argued that Surabaya zoo is not so nice place to be visited in the weekend. It just hot place with a view animals and has the bad smell spread in the whole area. But when I finally visited this zoo, I disagree with them. I thought Surabaya zoo is belongs to the very nice place to be visited. It is true that I felt bad smell but not in all of the area, and the cool air is the biggest reason why I love this zoo. You know, live in this hot Surabaya makes you feel amazed when you find some place with the cool air.



But unhappily, we couldn’t explore this amazing place because from the first time the aim to visit this place is to hold kind of kasande meeting. Yeah, it has been a long time that we don’t have any meeting among kassande 07’s members. So firstly, we have to do some share agenda before exploring this zoo. Well, the meeting itself was took a place in the tower. I don’t know why it is called as tower. Maybe because of its highness, although it’s shape is not similar with the kind of tower.


The meeting was opened by my friend Tj. He commanded us to do some physical exercise called “Senam Lalo-lalo”. I was wondered what the purpose of this exercise actually, it was foolish I thought. But then when the others said that TJ have been prepared that exercise for about one week, I couldn’t refused his command. Then we begun to follow Tj’s movements doing this silly Lalo-lalo exercise. And suddenly, I felt… its fun! Yeah… sometime we will feel some pleasant feeling when doing kinds of fool things. ^_^


After that, the sharing time was started! And as usual, some of us were cried because of the touchy problems that we discussed. I do care all of my friend problems, Febri’s problem in this case, but I couldn’t cry at that time. And when our leader (Mas Agus) asked us one by one to speak up and share our problem, I really don’t have any idea why I couldn’t start to talk. I couldn’t tell them about my problems that actually very complicated. Yeah, I don’t know why. I think, it is because there are too many problems in my head so that I couldn’t share with them. But sharing with them is already gave me some consolation actually.




Finally, the lunch time is the only one that we were really waited for. And after lunch, we had take some picture. The part that I really love it! Narsis-narsisan ^_^….




And because we don’t have so much time to exploring this zoo, we decided to go home because some of us were still have mid-term exam. Well, maybe I will explore this nice zoo in the other time.



Sunday, November 15, 2009

Bazar Rakyat

Pariwisata Lingga

Inilah foto bazar yang diadakan untuk masyarakat DABOSINGKEP di pantai indah sergang laut salah satu Tempat wisata di singkep dan kabupaten Lingga.


Bazar rakyat yang diadakan 1 tahun sekali ini bisa dijadikan icon pariwisata di kabupaten lingga ini, yang mampu menyemarakan dunia pariwisata.


Mari datang ke singkep dan Lingga nikmati semua keindahan dan fanorama alam disini

Friday, November 13, 2009

judul'e judul-judulan

hidup berawal dari mimpi-mimpi-mimpi yang terekam 2 dimensi.............
sang pencipta yang tau,aq yang gag seMpurNa kadang teMukAn jaLan bunTu.....
laLu aP hak mU menhaKimi,
biarlahhhhh............
biarlahhhhhhhhhhh...........
qu ReLa melepAsmu,meNingGal kaN mu,seNdiRi daLam sepi yaNg taK berTepi.........

kau yang masiH membisu di uJung penaNtian masH tertnduk memelUk seDu seDan taNpa kePastiaN!!!!!!!!!

Hujan di bulan November

November rain, Dabo singkep di landa musim hujan. Suasana dingin menusuk tulang. Suara kodok-kodok seperti genderang . Memecah heningnya malam-malam yang senantiasa sunyi dan senyap. Begini suasana tempat kelahiran saya ketika musim penghujan .


Jujur saya suka dengan suasana seperti ini, di mana kedamaian, ketenangan menghiasi indahnya malam. Dinginnya seakan-akan membawa tubuh selalu untuk keperaduan memulai mimpi-mimpi yang indah .


Selamat malam dunia maya, moga hadirmu selalu bermanfaat buat semua manusia.

Monday, November 9, 2009

Dukungan buat Pariwisata Lingga

Dukungan buat pariwisata Lingga ini datang langsung dari pemerintah kabupaten Lingga yang dipimpin Bupati Daria dan di laksanakan langsung oleh kadis pariwisata Ishak. Beragama pasilitas pendukung dibangun buat kemajuan dunia pariwisata di kabupaten Lingga ini.


Menurut berita di koran baru-baru ini , pemerintah lingga mulai membangun resost di salah satu pulau di kecamatan senayang tepatnya di pulau Benan. Pulau ini cukup indah ,dengan nuansa pantai pasir putih yang indah di padu dengan gugusan batu -batu yang tersusun dengan gagahnya. Sebuah lukisan alam yang indah dan dah sepantasnya jadi salah satu objek wisata yang wajib di kunjungi di kabupaten lingga ini.

Semoga harapan pemerintah dan seluruh masyarakat Lingga tercapai untuk memajukan dunia pariwisata di kabupaten lingga ini.

Saturday, November 7, 2009

Kapal penumpang dari Jagoh ke Lingga

Pariwisata Lingga

Inilah salah satu kapal penumpang yang melayani rute jagoh-daik. Ini merupakan salah satu penghubung jarak antara kecamatan singkep dan Lingga.

Friday, November 6, 2009

Obat luka ala tradisional

Obat luka tradional ini saya ingat sewaktu dulu kira-kira umur 11 tahun. saya terluka oleh pisau dan berdarah . Waktu itu ada teman yang bilang obati dengan getah pisang muda katanya.

Saya coba ambil getah pisang muda dan saya lekatkan di bagian yang terluka. Lalu saya balut dengan kain yang telah saya sterilkan dengan merendam diair panas. Alhamdullih luka saya mulai tidak berdarah lagi dan lambat laun mulai sembuh.


Begitu ceritanya, itu zaman dulu, kalau sekarang dokter dimana-mana obat-obat luka banyak di jual saya rasa ramuan ini hanya bisa jadi sejarah saja.

Thursday, November 5, 2009

Welcome to DABO SINGKEP

Dabo singkep

Pariwisata Lingga

Welcome to dabo singkep kata-kata ini dah sepantasnya di ucapkan. Karena dengan di bukanya jalur perhubungan udara menambah mudahnya para pengunjung jika ingin mengunjungi kota singkep ini.

Bukan hanya itu, para pengusaha daerah ini sangat membantu mempermudah perjalanan anda dengan membangun otlet penjualan tiket pesawat terbang yang terletak di Jl. Perusahaan , dabo singkep. kabupaten Lingga yang bisa dengan mudahnya anda melakukan pemesanan tiket kemana saja dengan menghubungi mereka melalui :
email : vicodbs@yahoo.com

Hp. 0813 7200 2111
Image and video hosting by TinyPic


Welcome to dabosingkep nikmati keindahan pariwisata , atau berinvestasi disini.

Wednesday, November 4, 2009

Obat panas

Ramuan tradisional ini buat anda seandainya suatu saat salah satu anggota keluarga anda terserang panas dan belum sempat anda bawa kedokter.


Obat panas dengan cara tradisional ini berupa :
Minumkan air parutan kunyit (kira-kira panjang kunyitnya 1 jari ) yang sudah di campur dengan satu sendok madu dan satu butir telor ayam.


Semoga ramuan tradisional obat panas ini berguna buat pembaca.

Monday, November 2, 2009

Visit Lingga 2010

Kapan ya slogan visit Lingga kan berkumandang di negeri Bunda Tanah Melayu ini?? . Batam dan Tanjung pinang slogan ini sudah di dengung-dengungkan dan telah di wujudkan dengan berbagai perbuatan untuk mensukseskannya. Sementara di Lingga belum ada. Dan hal ini sebagai putra singkep yang pasti putra asli di kabupaten ini, sangat berharap ada gerakan yang mampu mengangkat nama Lingga khususnya di dunia pariwisata di mata dunia.


Dan sebagai putra jati diri melayu singkep .blog ini sengaja saya buat untuk membantu mengangkat nama Lingga dalam bidang pariwisata di mata dunia lewat foto dan tulisan, karena saya sangat yakin icon-icon pariwisata di Lingga ini tidak kalah bagusnya dengan daerah lainnya yang ada di indonesia ini. Dari pantai yang banyak, tempat-tempat sejarah, peninggalan-peninggalan dan masih banyak lagi hal yang harus di publikasikan kepada dunia lewat internet. Dan Semoga suatu saat Lingga bisa jadi daerah yang bisa jadi daerah yang paling ramai di kunjungi wisatawan baik lokal dan internasional.

"VISIT LINGGA 2010 "

Friday, October 30, 2009

paes ikan

Pariwisata Lingga

Makan khas Lingga terutama makanan khas masyarakat dabo singkep seperti foto diatas bernama "paes" yang terbuat dari ikan, biasanya terbuat dari ikan tamban, tinggiri yang di bumbui mengguna cabe, bawang, kunyit jahe, ketumbar dan kelapa gonseng yang dibungkus menggunakan daun pisang dan cara memasaknya di panggang.

Rasanya yang enak dan sangat menggugah selera yang bisa menambah ikon pariwisata kuliner di Lingga. Jika anda tertarik datang segera ke kabupaten Lingga nikmati semua keindahan alam dan kelezatan kuliner di sini.

Thursday, October 29, 2009

Pulau-pulau yang ada di Lingga 3

Pariwisata lingga

Inilah foto desa pulon yang tepat berada di belah barat gunung daik. Penghasilan masyarakat di pulau ini 80 adalah nelayan, terutama nelayan penangkap ikan bilis atau istilahnya " bekelong".


Foto ini saya ambil ketika perjalanan menuju ke Tg.pinang menggunakan MV. MArine .

Tuesday, October 27, 2009

Pulau-pulau di Lingga 2

Image and video hosting by TinyPic

Ini foto desa rejai yang masih kawasan kabupaten Lingga dan termasuk kawasan kecamatan senanyang.

Desa rejai ini banyak terdapat penangkaran ikan kerapu tiger yang di ekspor ke Negara Singapura.

Why i write in english?

Well, maybe the previous two articles in my blog are too far from perfect. More over if they are observed from their grammar or the structure of each sentence. Even maybe you’ll say that my writing is worse than elementary student’s writing .But I really serious to practice writing in English. Because as the English Department student, I do realize that my English writing is still bad and it is not as good as my writing in Indonesia. So I have decided to use this blog as media learning to improve my writing ability in English. Hope you’ll enjoy it no matter how error my grammar and how really bad my diction, and absolutely I will accept every critics in order to make my writing better.

Wajah Perumahan di Pesisir pantai di Lingga

Pariwisata Lingga foto ini menujukkan bentuk rumah-rumah yang ada di Pesisir pantai yang ada di Kabupaten Lingga, yang rata-rata para penduduknya bermata percaharian sebagai nelayan.

Dan foto ini saya ambil sewaktu perjalanan menuju kota Tg. Pinang menggunakan kapal penumpang MV. Marine Hook.

Pulau -pulau di Lingga 1

Pariwisata Lingga

Ini foto desa Tanjung kelit, yang masih kawasan kecamatan Senayang. Salah satu Pulau yang termasuk dalam teretorial Kabupaten Lingga.

Finally… I can watch TV!!! But unfortunately…


Since I have been living in Surabaya for about two years, finally… I can watching TV now! Yeah, finally I and my rent-house mates bought a TV!!! A new TV: Flat Polytron 21 inch. It’s really delight me because for the past two years I lived in this city, I couldn’t watching TV at all because there was no TV in my rent house. And as we know that living without TV is just like living in a primitive area which is no information, no entertainment, and of course no celebrity’s gossip! Haha…
Well, started from last week… I could enjoying any kinds of TV’s programs. Such as News, Music, sinetron, comedy, movie, and absolutely celebrity’s gossip! And we really enjoy and glad because of this new family arrival ( TV ). Our living room becomes always crowded every morning and every night, and we will left it only when we have to go to the campus, bathroom, pray, or sleep, ^_^. It’s just like there is something brighten our poor life in the lonely rent-house. This magic box (TV) really brought a new color into our life.
Unfortunately, it just happened in the first week. Because as I sit in front of this magic box today, suddenly there is some unpleasant feeling attacks me. And as you know, it is because of the ridiculous programs that spread out within TV. I feel there are too many live-music programs contain too many “music band” which is almost the same, let call Inbox, Dering, Dahsyat, Mantap, and the most silly one is the music program in Pro-2 who shows a silly video-clip of the asian boy band who dance in a silly style. The other reason is that there is no improvement in our sinetron even from the last five years! The story within every sinetron is still the same. A kind, poor, and beautifull girl who potrayed as an angel vs. a horrible and annoyed girl described as a devil in their struggle to get the handsome man’s attention. The other common boring topic is about the competition in order to get the wealth. I don’t have to mention the title as you can check by yourself or even you have already keep every title in your mind. And the last stupid program i watched this afternoon is “Ahmad Dani Cari Istri” on SCTV. What a ridiculous production house who made it. I think, what for? Does the producer has the educated ideology behind the production? If it is not because of the “Take me/him out atmosphere” that makes them want to get the same advantages.
I just wonder… when will i get the opportunity to enjoy the TV programs which is give us a precious lesson and not just wasted our time? The answer is, when our society is not stupid enough to accept the valuable TV program, so that the annoyed producer will not produce a silly TV programs.

Friday, October 23, 2009

Kerja keras sangat di perlukan untuk mewujudkan pariwisata yang sukses

kerja keras sangat di butuhkan untuk mewujudkan pariwisata yang sukses di Kabupaten Lingga ini. Karena usia kabupaten yang masih muda ini maka perlu banyak pembenahan dalam segala bidang.


Maka kerja keraslah yang harus di lakukan agar semuanya bisa terwujud dengan sukses. Mari jadikan kerja keras adalah energi kita.

Thursday, October 22, 2009

Perahu Kertas: the most wonderful love story I’ve ever read…



I just read Perahu Kertas written by Dewi Dee Lestari last Sunday and I want to share how this great novel impress me in several ways. Actually, I already have a big desire to read this novel since several mounts ago when I found its synopsis in Fahd Djibran’s blog. But there are some obstacles that made me couldn’t buy this novel. I have no friend to company me to go to book shop, I don’t have enough time because of my full schedule, and the worse is I don’t have enough money to buy! But luckily… in this October, although my college’s schedule is still trapped me, finally I can get this novel!
It was Thursday if I’m not mistaken, when I found there were nobody in my rent-house. Then I knew that several of them were enjoyed shoping in Togamas bookstore. Spontaniously, I sent a short message to one of them (Halim) to buy me this novel without considering how much money I have in my pocket. And about a couple hours later, I already have this novel in my hand. I can’t describe how satisfy I am at that time. But unfortunately, I had to delay to read that novel until Sunday because I had too many college’s tasks to do. 
And when I started read this perahu kertas at Sunday morning, I can’t stop it! Even to get a lunch or drink when I felt starving and thirsty. This story was really attrack me and I felt really touched by each characters and every scene on it. I could imagine clearly how unique and cute Kugy as the central character, how handsome and cool Keenan as the amateur painter, and even I could feel how deep their feeling into each other. I couldn’t control my emotion when I found Wanda’s character as Kugy’s rival to get Keenan’s attention. How Wanda’s appearance annoyed me and although she is described as the beautiful and smart girl, but I imagined her as the “norak” and dumb one. And when Luhde’s character appeared, I even felt really mad. Haha… as feel as that I am is Kugy ( I totally realize that from the beginning, I read it from Kugy’s point of view).
Well, maybe for other people this novel is just an ordinary novel and not as special as I fell, as I asked one of my friend who already read this novel ( Ainun ) to give comment, and she mentions that this novel doesn’t impress her so much, but for me… this novel is the first romance novel that can makes me touched and even cry! I feel that’s really special because I really seldom touched and cry because of romance story within novel. Even I wonder with myself when several of my friends cried because of the love story in Ayat-ayat Cinta and I was not. 
I though this Perahu Kertas really different from Ayat-Ayat Cinta and others novel. The love journey between Kugy and Keenan is not only about love, but also about sharing a dream, and I think that’s the point that astonished me. I always amazed by story which is related to the struggle to follow a dream, as I startled by the Ikal’s journey in Laskar Pelangi. Moreover, the most essential from this novel is that this story really inspired me that I shouldn’t forget my childhood dream. After read it, I totally agree that sometime we have to be brave to decide our way of life. And that happiness is not about how much money we will have or how successful our career will be, but it is about how satisfy we are when we reach our real dream.



Memang Apa Salahnya Jadi Orang Desa?


Kamis sore sepulang kuliah saya mampir ke Pentagon Digital Color Print depan pasar Karangmenjangan untuk cetak foto. Kata teman saya, disana lumayan murah meski memang kualitas gambarnya tidak begitu bagus. Kita bebas mencetak berapa pun foto dalam satu lembar kertas foto ukuran 1OR hanya dengan biaya Rp 10.000,-.
Awalnya, interaksi saya dengan si mas-mas (pencetak foto) hanya berkisar mengenai ukuran foto yang akan dicetak. Beberapa saat si mas-mas sibuk klak-klik mouse, meng-edit foto yang sebenarnya sudah saya edit ( maklum masih amatir, jadi kerjaan saya ga ngaruh kali). Akhirnya setelah beberapa lama proses print pun selesai. Si mas menyodorkan hasil foto yang telah dicetak pada saya sambil senyum-senyum ga jelas. Belum sempat saya menanyakan harga keseluruhan, tiba-tiba si mas bertanya, “Habis mudik ya mbak?” tanyanya masih dengan senyuman lebar yang ga jelas maksudnya.
Kening saya berkerut, pikir saya, ih… ngapain sih ni mas-mas tanya-tanya, mau tau aja urusan orang. Namun demi kesopanan, saya tersenyum sambil mengangguk. Mungkin si mas ini termasuk orang ramah yang gemar bertanya kabar pada orang asing.
Tapi ternyata pertanyaannya berlanjut, bahkan meruncing.
“Mudik dari desa ya mbak?” tanyanya innocent.
“Kok?” saya pun ikut-ikutan sok innocent.
“Dari setting potonya pedesaan semua” jawab si mas. (Kebetulan sebagian foto yang saya cetak memang foto-foto saya saat lari pagi bersama keponakan saya di jalan ujung desa, dimana terlihat pemandangan sawah, gunung, dan jalanan desa yang sepi tapi indah).
“ Mbaknya dari desa ya?” si mas rupanya tak sabar lagi dan langsung nyelutuk bahkan sebelum saya sempat menjawab.
Jujur, untuk sesaat saya speechless tanpa tahu harus berkata apa. Eh ada mas-mas lain yang ikut nimbrung. Mungkin baginya topik ini merupakan sesuatu yang menarik diantara timbunan pekerjaannya yang menjemukan.
“Pasti desanya di luar jawa, ya kan mbak?!” tebaknya dengan penuh keyakinan.
“Bukan…” jawab saya berusaha sabar,( saya ini kan orang desa, jadi harus sabar… sabar…)
“Jadi mbaknya emang dari desa ya?” si mas yang tadi rupanya masih penasaran.
“Pendatang di Surabaya datang dari mana lagi kalau bukan dari desa, mas?” jawab saya ketus. Pengennya saya tambahin “ Memangnya masnya datang dari mana mana kalo bukan dari desa juga? Las Vegas?”
Dua mas-mas iseng itu pun tersenyum puas mendengar jawaban saya.
Tanpa menunggu pertanyaan selanjutnya yang pastinya akan menyudutkan saya sebagai orang desa, saya langsung menyodorkan uang pembayaran biaya cetak foto. E si mas-mas lagi-lagi tersenyum dan berkata “ Bayarnya bukan disini mbak, tapi di sana…” katanya sambil menunjuk ke arah yang bagi saya tidak jelas.
“Dimana mas?” tanya saya bingung karena ada dua pegawai di arah yang ditunjuk si mas.
“Di mbak yang itu…” jawab si mas masih ga jelas.
“Yang mana?” geram saya. Jelas-jelas ada banyak mbak-mbak.
“Yang itu, mbak-mbak with kaos BLUE” jawabnya sambil senyum-senyum, mengerling ke arah si mas yang satunya.
Saya pun melangkah pergi menuju mbak berkaos BLUE. Dalam benak saya bertanya, apa yang ada di kepala si mas pencetak foto itu? Apa mereka pikir meski saya tampak sebagai mahasiswa dengan setumpuk buku, namun karena saya dari desa, lantas saya tidak tahu apa itu BLUE, sehingga mereka mesti menggunakan kalimat “mbak berkaos BLUE” dan bukan “mbak berkaos BIRU” untuk mengintimidasi saya. Atau saya saja yang terlalu sentimen padahal si mas hanya bermaksud guyon?
Well, untuk pertama kalinya saya terpikir… memang apa salahnya jadi orang desa? Kenapa banyak orang, siapa pun itu apapun profesi dan statusnya, menjadi merasa lebih superior saat berhadapan dengan orang desa? Memangnya apanya yang salah menjadi orang desa sehingga term “orang desa” mengandung sebuah nilai status sosial yang lebih rendah ketimbah “bukan orang desa”?
Sejak kapan ada aturan bahwasanya orang desa berada satu tingkatan di bawah strata sosial orang kota? Sejak kapan orang desa selalu dianggap katrok, bodoh, miskin, tidak higienis, dan hal-hal yang serba minus lainnya? Bahkan kemudian muncul istilah “ndeso” yang berarti ketinggalan jaman. Bagaimana bisa kata “ndeso” bisa mempunyai makna negatif? Siapa yang bikin aturan? Kalau bukan hasil dari budaya kita yang salah kaprah.
Padahal kalau dipikir-pikir, hingga saat ini banyak sekali orang-orang yang notabene berasal dari desa telah sukses berkiprah di masyarakat bahkan menjadi orang besar. Sebut saja …, Inul Daratista sang ratu ngebor pun berasal dari desa kecil di Pasuruan, bahkan orang nomor satu negeri ini: SBY, berasal dari sebuah desa di Pacitan. Kurang bukti apalagi bahwa orang desa itu sungguh benar-benar bukan orang katrok apalagi bodoh. Mereka punya kapasitas lebih dari cukup untuk menjadi sukses. Tapi kenapa orang desa masih diidentikkan dengan konotasi negatif meski telah banyak orang desa yang berhasil membuktikan kapabilitasnya?
The answer is (according to me lho…), karena sayangnya, banyak orang desa yang ketika telah sukses, kemudian terlalu menikmati perannya menjadi orang besar yang kebetulan telah bertransformasi menjadi orang kota, sehingga lupa dengan desa mereka yang sebenarnya perlu dibenahi. Bahkan kadang lupa bahwa dirinya dulu juga orang desa ( seperti si mas tukang foto tadi mungkin?). Nggak munafik sih, mungkin saya pun akan cenderung begitu jika kelak menjadi seorang menteri misalnya (amiiiiin…), atau penulis best seller barangkali (double amiiiin), atau istrinya menteri juga gapapa, atau enakan jadi selebritis aja ya? ( halah ngelantur…).
Tapi sungguh, coba seandainya saja orang-orang desa yang telah sukses dalam bidangnya mau kembali ke desanya dan membenahi masyarakat serta kehidupan disana. Tentu seseorang tidak akan dipandang rendah lagi hanya karena mereka berasal dari desa.
Kondisi semacam ini memang tak bisa diubah hanya dengan kesadaran satu dua orang saja. Saya sadar sebenarnya ini jauh lebih complicated karena ini menyangkut tatanan budaya dan paradigm masyarakat yang terlanjur mengakar kuat dalam masyarakat kita. Dan yang tentunya akan terasa dan terlalu berat bila dibahas disini. Well, last but not least… all I want to say is that I am a villager, grasroot, or maybe even a clodhopper! And I am very proud of it. No matter what they say! And I hope I can become one of hopeable villager that can built a better condition and not just talking too much in this note. What about you? ^_^

“Spanglish”, Nasionalisme, dan Seorang Ibu…


Beberapa bulan lalu saya nonton sebuah film yang menurut saya sangat bagus. Judulnya Spanglish. Film ini tidak hanya bagus dari segi cerita dan pesan yang ingin disampaikan, tapi yang paling membuat saya terkesan adalah kehebatannya dalam memukau saya di akhir cerita, dimana dari sebuah adegan yang mungkin terasa biasa bagi orang lain, tapi begitu menohok hati saya.
Spanglish bercerita tentang seorang ibu muda asal amerika latin yang mempunyai jiwa nasionalisme yang sangat tinggi. Ia membesarkan anak perempuannya seorang diri ( tak diceritakan kemana gerangan sang suami ). Ia bekerja serabutan demi membiayai hidup putrinya. Ia seorang ibu yang hebat yang pantang terlihat lemah di depan putrinya. Awalnya mereka tetap bertahan di Meksiko, namun besarnya kebutuhan hidup membuatnya terpaksa bermigrasi ke Amerika . Ia pun pindah ke Amerika dengan satu prinsip kuat, bahwa sebisa mungkin tidak hidup dengan American yang bisa saja membuatnya kehilangan jati diri. Hingga putrinya beranjak remaja, ia hidup di perkampungan Meksiko di Amerika. Ia hidup dengan budaya meksiko yang kental, bahkan ia tak berniat belajar bahasa inggris dan tetap menggunakan bahasa spanyol dalam kesehariannya. Masalah muncul saat ia mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kulit putih Amerika. Pada awalnya ia hanya mengalami kendala bahasa biasa. Namun lama-lama ia merasakan betapa budaya Amerika yang begitu berbeda jauh dari budayanya mau tak mau ikut mempengaruhi kehidupannya, dirinya, dan terutama putrinya.
Konflik mulai tumbuh saat sang nyonya majikan amerika-nya tergila-gila pada putrinya yang cantik, polos, dan pandai. Nyonya amerika itu rupanya terobsesi mempunyai anak bak Barbie hanya karena tubuh anak perempuannya lumayan tambun. Sang nyonya lantas sering memberi hadiah putrinya, mengajak putrinya jalan-jalan, dan lambat laun secara kasat mata mengubah putri mungil meksiko itu menjadi sangat amerika. Puncaknya saat sang nyonya merekomendasikan beasiswa di sebuah sekolah bergengsi, tentu saja si gadis kecil girang bukan main. Ia begitu bahagia membayangkan masa depannya yang sudah pasti terjamin. Namun sang ibu muda meksiko itu menyadari, bahwa jika ia menyetujui putrinya untuk masuk ke sekolah bergengsi yang sarat nilai amerika itu, bukan tidak mungkin ia akan kehilangan putri manisnya untuk selamanya. Maka ia memutuskan untuk menolak tawaran sang majikan dan memutuskan untuk berhenti bekerja. Ia ingin menjauh dari keluarga amerika itu dan memulai kehidupan baru, kembali pada jati dirinya sebagai seorang latin.
Sudah bisa ditebak, sang gadis cilik pun memberontak, protes dan berteriak-teriak heboh sambil menangis karena merasa ibunya sendiri justru menghancurkan masa depannya. Dramatis sekali, melihat adegan gadis cilik yang sangat manis itu meneriaki dan membentak ibunya di sepanjang jalan saat mereka baru keluar dari rumah sang majikan amerika. Hebatnya, ibu muda cantik itu diam seribu bahasa dan tak balas membentak. Satu hal yang membuatnya tampak sangat terluka adalah saat putrinya mengatakan sebuah ungkapan khas amerika saat ia hendak mendekati putrinya, yakni, “ Not for now, I need some space”. Tatapan ibu muda itu meradang, seakan tak percaya putri kesayangannya mengucapkan kalimat itu. Ia lantas berkata bahwa bagi mereka, orang meksiko, tak akan pernah ada jarak antara ibu dan anak. Tidak saat mereka bertengkar sekali pun. Lalu dengan suara lirih, sang ibu menanyakan satu hal pada putrinya yang membuat saya benar-benar terharu… yakni, “ apakah satu hal yang sangat kau inginkan dalam hidupmu adalah menjadi seseorang yang sangat berbeda dari aku, ibumu?” . Kalimat itu begitu mengena. Tentu pada akhirnya sang putri pun menyadari bahwa ibunyalah yang benar dan tahu apa yang terbaik baginya.
Mari kita tinggalkan cerita mengharukan di atas, ada dua hal yang ingin saya garis bawahi dari film Spanglish ini. Yakni pertama, rasa nasionalisme yang dimiliki ibu muda meksiko tadi. Begitu kuat bahkan di tengah kesulitan hidup dan lingkungan asing yang sangat berpengaruh. Coba umpamakan jika diri kita berada dalam posisi ibu muda itu. Tak perlu muluk-muluk, sederhana saja… kita kadang kurang bangga dengan bahasa kita sendiri dan begitu mengagungkan bahasa inggris. Dan tanpa sadar, bukan hanya bahasa saja, tapi nilai, budaya, dan pola hidup kita ikut-ikutan berubah.
Hal kedua yang menyita perhatian saya adalah pertanyaan ibu muda tadi pada putrinya. “ apakah satu hal yang sangat kau inginkan dalam hidupmu adalah menjadi seseorang yang sangat berbeda dari aku, ibumu?”. Pertanyaan itu seharusnya datang pada kita semua. Tidakkah pertanyaan itu membuka penglihatan kalian semua? Sebuah penglihatan yang membuka kesadaran yang selama ini atau bahkan mungkin tidak akan pernah kita sadari di waktu mendatang. Kita ( atau mungkin saya saja?) tidak pernah sadar, bahwa disamping kita mengagumi dan menghormati ibu kita, menyanjungnya bak bidadari dan menganggapnya wanita tercantik dan terbaik yang ada di dunia ini, tapi kita sekaligus juga berusaha menggapai sebuah mimpi, keinginan mendasar dalam hidup bahwa kita ingin menjadi seseorang yang sama sekali berbeda dari ibu kita. Seperti gadis cilik meksiko tadi yang begitu ingin mendapat beasiswa karena ingin menjadi orang terpelajar dan bermasa depan cerah, tidak seperti ibunya yang tidak bisa berbahasa inggris dan hanya menjadi pembantu rumah tangga. Lihatlah kita… berjuang mati-matian demi sebuah masa depan dan kondisi yang lebih baik dari kondisi ibu kita. Meski menuntut ilmu adalah sebuah keharusan, namun coba telisik dalam hati kita… adakah kita pernah menginginkan menjadi seperti ibu kita? Ibu kita yang tiap subuh sudah berangkat ke pasar untuk menjual sayur mungkin? Ibu kita yang berjuang keras melawan terik di tengah sawah sana? Ibu kita yang rela jauh-jauh terbang ke luar negeri menjadi “TKW” demi kita? Ibu kita yang bergaji kecil dari hasil mengajar agama di SD desa? Ibu kita yang hanya pandai masalah dapur dan tidak bisa berbahasa inggris? Ibu kita yang tidak pernah kenal ruang presentasi dan setelan jas bermerek kecuali daster lusuh yang selalu dipakainya?
Ah, alih-alih itu semua, kita justru berusaha menjadi begitu berbeda dari wanita yang melahirkan kita. Saya tidak mengatakan itu salah, toh keadaan memang mesti diperbaiki, namun kadang kita menjadi tidak sadar dan tidak peka, bahwa usaha kita untuk memperbaiki keadaan justru telah mengubah diri kita yang sesungguhnya dan seharusnya, memerangkap kita dalam sebuah kebahagiaan semu bernama materi, dan menjauhkan kita dari figur seorang wanita yang seharusnya kita teladani.
Well, kembali ke Spanglish, bagi yang belum nonton… tidak ada alasan untuk tidak menontonnya. Film ini sedikit banyak bisa membuat kita berkaca. Unik, berbobot dan menyentuh, kecuali adegan-adegan “kotor” khas Hollywood yang jika tidak ditampilkan pun tidak akan mengurangi esensi ceritanya ( sebaiknya di-skip, bisa bikin ilfil ), plus tokoh suami sang nyonya yang menurut saya jika tidak diperankan oleh Adam Sandler akan jauh lebih bagus. ^_^

Sunday, October 18, 2009

Pariwisata lingga dengan makanan khasnya

Pariwisata lingga

pariwisata lingga banyak menawarkan keindahan, bukan saja objek-objek wisatanya namun banyak hal lain yang sangat menarik terutama kulinernya.


Foto makanan ini adalah kepurun yang terbuat dari sagu biasanya di sajikan dengan kuah yang terbuat dari bilis, belimbing ,lada, dan terasi dan rasa pedasnya sangat menggugah selera.

Jika anda tertarik datang aja ke kabupaten Lingga rasakan bedanya .

Wednesday, October 14, 2009

"Lakse" Masakan Khas wisata kuliner di LINGGA

Pariwisata lingga

Lakse nama makanan diatas merupakan salah satu makan khas milik Kabupaten Lingga. Rasanya yang enak dan bahan-bahan terbuat dari sagu yang banyak tumbuh di Lingga cocoklah kiranya jika makanan "Lakse" ini di jadikan salah satu icon Pariwisata Kuliner LINGGA.


Jika Anda tertarik mencicipi enaknya lakse ini datang saja ke Kabupeten Lingga, nikmati icon-icon "pariwisata kuliner Lingga" yang beragam jenisnya. (Foto ini saya ambil dari handphone k618i)

Rumah Peninggalan PT.Timah di DABOSINGKEP

Pariwisata lingga

begini salah satu bentuk rumah bekas peninggalan PT. TIMAH , PT.Timah yang dulu sempat jadi kebanggan DABOSINGKEP Dabosingkep Yang berada masih wilayah Kabupaten LINGGA merupakan salah satu kecamatan yang fasilitasnya cukup lengkap karena telah dulu di bangun oleh PT. Timah.


Foto ini diambil dari handphone w200