Wednesday, June 16, 2010

Nenek Bercelemek Kuning dan Hp Qwerty

Sejak saya tinggal di daerah Karangmenjangan III kira-kira tiga tahun silam, hari-hari saya selalu akrab dengan seorang nenek bercelemek kuning. Nenek itu biasa menjajakan nasi bungkus, gorengan, dan kue-kue basah lainnya dengan gerobak kelilingnya setiap pagi hingga siang menjelang. Yang khas dari nenek ini adalah suaranya yang melengking. Dari kejauhan, saya bisa mendengar suaranya menawarkan dagangannya. Mbaaaak…. Nasi krawu-ne yoooo…., gorengan, onde-onde… begitulah ia biasa bersenandung dengan suaranya yang dahsyat.

si nenek bercelemek kuning


Sering saya terpikirkan pada sosok si nenek. Siapa dia sebenarnya? Dari manakah ia berasal? Apakah ia mempunyai keluarga? Meski saya merupakan salah satu pelanggannya, namun interaksi saya dengan si nenek hanya sebatas jual-beli. Saya kadang tak sampai hati melihat si nenek yang ngos-ngosan setelah berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Belum lagi kedua telapak kakinya yang terbakar panas jalanan karena si nenek tak pernah sekali pun terlihat memakai alas kaki. Di hari senjanya, apakah yang membuat si nenek masih bersemangat dalam mencari nafkah di tengah terik matahari dan badai ketika hujan? Apakah karena himpitan ekonomi? Lantas dimanakah gerangan anak dan cucunya?



Entahlah, saya tak berani bertanya. Siapa tahu si nenek memang tipe wanita pejuang yang tak biasa hanya berpangku tangan di hari tuanya. Meksi begitu, hati saya tetap tak bisa berhenti miris setiap kali melihat wajah keriputnya yang kelelahan. Atau senyum ramahnya yang tampak diantara guratan-guratan yang menjadi saksi perjalanan hidupnya. Ah, nenek… apa yang bisa kulakukan untukmu?

Sejauh ini, menjadi konsumennya adalah satu-satunya cara untuk membantu si nenek. Pernah suatu kali terbersit niat untuk membelikan sepasang sandal untuknya, namun saya takut justru akan dianggap merendahkan atau siapa tahu si nenek memang tidak suka memakai sandal. Kadang kesedihan saya bertambah manakala si nenek terlihat bingung menghitung uang kembalian yang harus diberikannya pada saya. Ah, nenek… seharusnya kau istirahat di rumah saja. Duduk-duduk sambil menikmati hari tuamu, bukannya berjalan di atas aspal yang panas.

Melihatnya, saya jadi teringat almarhumah nenek saya. Meski tinggal di desa, nenek saya tak pernah harus turun ke jalan untuk bekerja. Ada anak dan cucu yang mengurus segala kebutuhan nenek saya. Dibanding nenek bercelemek kuning ini tentu kehidupan nenek saya dulu jauh lebih makmur. Jika sudah begini, mendung di hati saya kian berlipat jadinya. Saya seperti tak bisa berbuat banyak untuk si nenek Saya sadar, mungkin nenek bercelemek kuning hanyalah satu dari ribuan potret buram kemiskinan yang mencekik jutaan penduduk negeri ini.

Kadang saya berpikir, betapa kontrasnya kehidupan ini. Hitam putih, terang gelap, kaya miskin, atas bawah, bahagia sedih, makmur menderita. Coba saja pikir, pagi-pagi saya melihat si nenek dengan gerobak dagangannya yang membuat hati ini gerimis. Satu jam kemudian, ketika saya berjalan di koridor kampus, mata saya dipaksa menyaksikan pemandangan para mahasiswa yang asyik pencet-pencet hp qwerty. Tak sedikit dari mereka yang memegang merek mahal. Saya jadi bertanya-tanya, kalau disini (kampus) teman-teman saya dengan mudahnya bisa gonta-ganti hp sesuai trend, lalu mengapa masih ada seorang nenek yang harus berjuang di jalanan sana demi sesuap nasi?
Saya tahu kadang hidup ini bisa begitu keras dan seperti tidak adil. Ada orang-orang yang hidup bergelimang harta namun juga ada orang yang mesti kompromi dengan kerasnya kehidupan, seperti si nenek bercelemek kuning tadi. Paradoks.


Pun saya tidak tahu, harus kepada siapakah semua ini dipertanyakan?


Monday, June 14, 2010

Sejarah sepeda ontel


Sepeda pertama kali dibuat di negara Prancis pada 1791. Pada tahun 1817 Baron Von Drais de Sauerbrun membuat sepeda kayu tanpa pedal yang pertama. Sepeda ini disebut Hobby Horse (sepeda kuda-kudaan). Sepeda tersebut belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan. Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Dan pada 1839 sepeda memakai pedal pertama kali digunakan, namun bentuknya juga sangat lucu, karena roda depan besar sementara roda belakang kecil. Sehingga cara memakainya pun dibutuhkan keterampilan akrobatik.

Sepeda masuk Indonesia baru di awal abad ke-20 atau sekitar tahun 1910. Kala itu sepeda yang dipakai para kolonial itu dibawa dari negara asalnya. Baru setelah itu sepeda mulai dipakai para bangsawan, para misionaris dan saudagar kaya. Fiets, begitu para kolonial ini menyebut (menamakan) sepeda. Namun, karena lidah Jawa tak fasih, orang lantas menyebut dengan "pit". Sementara onthel dimaksudkan mengayuh, jadi sepeda onthel ini artinya sepeda yang di kayuh.

Saturday, June 12, 2010

badak

harimau dan beruang

serigala lapar

singa terkam zebra

serigala putih

singa menerkam zebra

sapi kepala dua

macan tutul

kucing hutan menangkap bebek

kambing kepala dua

bison

banteng

Sunday, June 6, 2010

Vision Board: Antara Over Confidence dan The Power of Dream

Finally… setelah lama berhibernasi di dalam gua kemalasan(hehe…), saya mendapatkan spirit untuk kembali memposting sesuatu ke dalam blog tercinta ini. Sebenarnya terlalu banyak ide dan unek-unek yang ada di kepala saya. Sampai-sampai saya bingung mana dulu yang mau saya share-kan di blog ini. Dan ditambah berbagai hal, diantaranya karena banyak sekali tugas kuliah yang selalu membuat akhir pekan saya sibuk (atau sok sibuk?) maklum tanpa terasa saya sudah ada di penghujung semester 6!!!, dan juga karena beberapa kegagalan yang harus saya alami… saya jadi malas sekali untuk sekedar say-hi di blog saya sendiri. Parah ya?

Kali ini saya ingin membagi pengalaman yang bagi saya ibarat ‘special gift’ yang diperuntukkan Tuhan khusus untuk saya. Cieee…, hehe lebay sedikit nggak papa kan? Mumpung lagi bahagia!  


Cerita berawal ketika saya mengikuti beberapa kompetisi menulis blog beberapa bulan yang lalu. Pengalaman baru memang, sebagai seorang blogger amatir saya memberanikan diri mengikuti lomba blog. Saya pikir, tak berbeda jauh dari lomba menulis biasa. Maka karena kebetulan ada beberapa event lomba blog yang tengah digelar, saya pun dengan semangat 45 mengikuti satu per satu setiap kompetisi. Pertama lomba blog Kompas Muda, lalu Lomba Blog UII, menyusul lomba blog HTR, lomba menulis cerita anak Erlangga, lomba Kompetiblog Neso, dan lomba blog menulis tokoh inspiratif. Semua saya ikuti dengan kesungguhan niat dan totalitas usaha dalam membuat tulisan yang menurut saya layak untuk diikutkan dalam lomba-lomba tersebut. 


Cerita berpindah ke kamar saya (lho?), sembari menunggu hasil lomba-lomba tersebut, saya iseng-iseng (sebenarnya serius juga sih…) membuat sebuah vision board di kamar saya. Ide ini terinspirasi dari sebuah cerita dalam buku The Secret. Bagaimana seseorang bisa meraih apa yang ia impikan selama ini karena ia membuat sebuah vision board, dan menuliskan impiannya itu disana. Setiap hari, ia memandangi tulisannya dan menghayati serta berusaha meyakini bahwa ia akan mendapatkan apa yang ia tulis disana. Dan foila! The miracle happens! He got all of his dreams! Tentu bagi saya, dengan bantuan dan kemurahan Tuhan disamping kekuatan keyakinan dalam diri kita. Dan begitulah, saya berusaha melakukan apa yang dilakukan orang itu. Saya menuliskan keinginan saya menjuarai lomba-lomba tadi. Dengan hati agak ragu dan malu-malu karena takut dibaca orang lain, saya bulatkan tekad untuk menuliskan semua yang saya impikan di papan visi saya. Saya ingin memantaskan diri saya untuk meraih itu semua, begitulah petuah dari Pak Mario yang super. Hehe… , dan ini dia hasilnya pemirsa:

 vision board yang sempat saya telantarkan... ^_^

Dan hari pun berganti bulan, namun pengumuman lomba belum juga muncul. Semua impian itu masih sebatas nangkring di vision board yang saya pandangi tiap sebelum tidur (Norak? Biarin…). Beberapa kali ada teman yang memergoki vision board saya. Dan jika sudah begitu, saya akan menghindar karena malu setengah mati. Saya takut dibilang ke-pede-an, over confidence! Apalagi bila teman saya sampai menyinggung-nyinggung poin ke empat di vision board saya tentang impian saya menjadi juara Kompetiblog Neso dan berhak mendapat kesempatan mengikuti Summer Course di Belanda selama dua minggu. Ampuuuun !!! Saya minder tapi setengah mati memimpikannya. Dan saya pun akan langsung mengalihkan pembicaraan untuk menyelamatkan harga diri saya. Hehe…

Namun ternyata meraih impian itu tak semudah memasang vision board di dinding. Maksud saya, meski saya berusaha meyakini bahwa impian-impian itu akan saya dapatkan, namun ternyata kenyataan tak seindah harapan saya. Pengumuman: saya kalah sodara-sodara! Saya gagal di Lomba Blog Kompas Muda, saya gagal di Lomba Blog HTR, saya gagal di lomba menulis cerita anak Erlangga, saya gagal di lomba blog tokoh inspiratif, dan yang paling pedih… saya kalah telak di Kompetiblog Neso!!!! Hiks… hiks… hiks…(pura-pura nangis). Meski saya tak sampai nangis sampai berguling-guling, tapi hati saya yang gerimis. Cieee…., saya jadi sanksi sekaligus ilfeel dengan vision board saya. Apakah benda itu hanya akan mempermalukan saya? Sepertinya begitu…Maka dengan hati teriris-iris, saya mulai cuek dengan vision board saya. Dan alam pun seperti tahu betapa murkanya saya. Maka di suatu siang bolong yang terik, tiba-tiba angin berhembus kencang melalui kisi-kisi jendela (lebayyyy mode on…) dan dengan hebatnya merobohkan vision board saya. Benda yang sempat saya agung-agungkan itu jatuh berserakan di lantai karena sang angin yang seperti mengerti kesalnya hati saya. Hehe… 

Maka selama beberapa hari ke depan, vision board saya biarkan tergeletak tak berdaya di lantai. Saya benar-benar tak peduli lagi dengan beberapa poin impian yang masih tertulis disana karena belum sempat saya hapus. Dan hari-hari pun saya lalui dengan semangat senin-kamis. Saya berusaha lebih fokus ke tugas-tugas kuliah, saya ingin melupakan cek-cok saya dengan si vision board yang menipu itu!

Hingga dua hari yang lalu, tepatnya tanggal 5 Juni, sesuatu merubah pandangan saya. Saya teringat… bukankah masih ada satu pengumuman lomba lagi yang masih saya tunggu? Ya. Saya lupa, pengumuman lomba blog UII baru akan diumumkan 4 Juni kalau tidak salah. Maka pada pagi hari tanggal 5 Juni saya iseng pergi ke warnet, sekedar ingin tahu siapa yang memenangkan lomba Blog UII. Kebetulan hari tengah libur dan saya sedang free dari tugas kuliah (maksud saya, malas ngutek2 tugas gitu lho…). Pertama, seperti biasa saya membuka akun di facebook dulu. Beberapa saat sibuk membalas comment beberapa teman dan approve friend-request yang ada di list. Setelah puas, saya pun meng-klik blog tercinta. Sekedar ingin mengecek apa ada visitor baru (Maklum blog sepiiii…. Hehe). Saya tak langsung mengecek Blog UII karena dalam hati saya tak ingin sakit lagi, saya pikir tak mungkin saya menang, kalau saya menang sudah pasti sebelumnya saya dihubungi oleh panitia lomba lewat telpon.

Namun coba tebak apa yang saya temukan di shout-box blog saya? Seseorang meninggalkan pesan yang bunyinya kira-kira begini: “Selamat ya sudah menang di lomba blog UII”. Membacanya, jantung saya langsung berdegup kencang. Pemenang? Yang benar saja? Orang ini ngomong apa sih? Jangan-jangan orang ini nipu, pula! Awas kalau cuma ngerjain! Tapi buat apa dia ngerjain saya? Kenal saja tidak? Maka dengan hati dag-dig-dug tak keruan, saya langsung mengecek ke blog UII langsung. Dan dengan harap-harap cemas menunggu karena si kompi warnet loadingnya lama, saya bertanya-tanya… kalau benar saya menang, dapat juara berapa ya? Apa mungkin sesuai keinginan saya yakni juara dua ( maklum hadiah juara dua adalah Blackberry sodara-sodara!!!). Ah, tapi kayaknya saya nggak mungkin dapat juara dua deh… mungkin cuma dapat juara harapan yang paling buncit. Hehe…

Ketika saya akhirnya sampai di page blog UII, ternyata benar pemirsa! Nama saya tercantum dalam daftar pemenang. And guess what… I am on the second line!!!! Dengan kata lain, saya benar-benar berhasil jadi juara 2 Lomba Blog UII 2010 (catatan: it’s means that I am deserve to get a Blackberry) . Persis sesuai dengan yang saya tulis di vision board saya. Refleks saya ketawa-ketiwi sendiri setelah tak lupa mengucap syukur Alhamdulillah pada yang kuasa dan tak henti keheranan. Ini benar-benar diluar perhitungan saya. Saya pikir saya sudah keluar dari permainan vision board ini. Saya pikir saya sudah memutuskan untuk berhenti berharap. Namun ternyata Tuhan menghendaki lain…

Well, inti dari cerita saya ini bukan terletak pada blackberry atau berhasilnya saya di lomba blog UII. Saya hanya ingin menggaris bawahi bahwa vision board itu bukan benda remeh yang pantas ditelantarkan di lantai kamar tak terurus, hihi…. Saya hanya ingin berbagi cerita dan keyakinan, bahwa jika kita benar-benar berusaha dan tak pernah berhenti berharap serta bermimpi… maka segala yang kita inginkan pasti akan diurus Tuhan untuk menjadi milik kita pada saat yang tepat (tentunya…). See… meski saya sempat labil karena gagal bertubi-tubi, namun Tuhan tahu usaha dan impian saya… Dia yang selalu mendengar bisikin hati kita akan dengan murah hati memberi apa yang kita pinta. Sejauh kita tetap berusaha, berdoa, dan tak pernah berhenti bermimpi. Dan vision board… bagi saya ia adalah salah satu point paling penting untuk terus menjaga hati saya agar tidak labil dan lemah dalam proses bermimpi.

Jadi, kalau boleh saya tahu… siapa yang tertarik bikin vision board setelah membaca tulisan ini? Percayalah, miracle will comes and brighten your life! Trust me… ^_^

Cheers,
Robita Asna